Analis: Jepang telah keluar dari resesi

Jum'at, 08 Maret 2013 - 16:02 WIB
Analis: Jepang telah...
Analis: Jepang telah keluar dari resesi
A A A
Sindonews.com - Sejumlah Analis mengatakan Jepang telah keluar dari resesi pada kuartal terakhir 2012, dengan pertumbuhan moderat didasari penguatan ekonomi, karena pemerintah dan bank sentral berjuang melawan deflasi.

Ekspansi 0,2 persen secara tahunan dalam tiga bulan hingga Desember menjadi berita baik pertama bagi Perdana Menteri Shinzo Abe, sejak menduduki jabatan dua bulan lebih, dengan melihat optimisme baru terhadap ekonomi terbesar ketiga di dunia.

Ekonomi Jepang menyusut selama dua kuartal berturut-turut dari April hingga September karena permintaan ekspor melemah di belakang gejolak keuangan pasar utama Eropa, penguatan yen dan pertikaian diplomatik dengan China.

Jepang telah melihat tingkat pengangguran berangsur turun ke 4,2 persen pada Januari dan deflasi bertahan, sementara output industri menunjukkan kenaikan moderat sebesar 0,1 persen pada Januari dari bulan sebelumnya.

Pada Januari 2013, Jepang juga mencatat defisit ketiga lurus dalam transaksi berjalan, ukuran terluas dari perdagangan seluruh dunia, dengan menunjukkan 364,8 miliar yen (USD3,8 milyar) di posisi merah untuk bulanan.

Namun, yen telah melemah hampir seperlima sejak November pada ekspektasi Bank of Japan (BoJ) yang mengadopsi kebijakan pelonggaran moneter agresif, guna membantu eksportir lebih kompetitif dan meningkatkan pendapatan mereka.

"Berkat langkah-langkah yang diperkenalkan oleh pemerintahan Abe (perdana menteri), Jepang cenderung menunjukkan pemulihan lebih kuat dari sekarang. Hampir semua faktor menunjuk ke arah positif," ujar Hideki Matsumura, ekonom dari Japan Research Institute, seperti dilansir Global Post, Jumat (8/3/3013).

Sementara Yasuo Yamamoto, ekonom senior dari Mizuho Research Institute, mengatakan, angka-angka menunjukkan bahwa bagian bawah dari resesi terbaru mungkin pada November 2012.

"Melihat data perdagangan terbaru, saya katakan pemulihan ekspor masih akan lambat pada kuartal Januari-Maret, sehingga pertumbuhan PDB pada kuartal yang sama juga akan sederhana," katanya.

"Pertanyaannya adalah ketika efek dari belanja publik dalam paket stimulus pemerintah muncul, dan saya pikir itu akan terjadi pada kuartal April-Juni," tambahnya.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1191 seconds (0.1#10.140)