Harga minyak di perdagangan Asia mixed
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia hari ini mixed setelah beban di pasar saham regional berkurang oleh kekhawatiran perlambatan ekonomi China.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman April naik 15 sen menjadi USD92,21 per barel dalam perdagangan pagi. Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April turun dua sen menjadi USD110,18 di perdagangan volatile.
Kebanyakan saham regional didukung oleh peningkatan data ekonomi Amerika Serikat, di mana optimisme di sektor pekerjaan memicu keyakinan atas kesehatan ekonomi terbesar di dunia itu.
Data resmi yang dirilis Jumat menunjukkan tingkat pengangguran AS tergelincir ke level terendah dalam empat tahun sebesar 7,7 persen, setelah pertumbuhan pekerjaan mengambil lebih dari yang diharapkan.
Namun, Analis lain mengatakan, investor prihatin atas sinyal perlambatan ekonomi kedua terbesar di dunia, China. Inflasi China tercatat tertinggi dalam 10 bulan pada Februari 2013. Sementara pertumbuhan produksi industri dan penjualan ritel menurun.
"Rilis data selama akhir pekan menunjukkan bahwa rebound ekonomi China cepat goyah dari yang kita duga," kata peneliti dari rumah Capital Economics dalam sebuah laporannya, seperti dilansir Global Post, Selasa (12/3/2013).
"Pertumbuhan produksi industri dan penjualan ritel melambat dalam dua bulan pertama tahun ini ... kami percaya pertumbuhan cenderung melambat hingga akhir tahun ini," tambahnya.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman April naik 15 sen menjadi USD92,21 per barel dalam perdagangan pagi. Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April turun dua sen menjadi USD110,18 di perdagangan volatile.
Kebanyakan saham regional didukung oleh peningkatan data ekonomi Amerika Serikat, di mana optimisme di sektor pekerjaan memicu keyakinan atas kesehatan ekonomi terbesar di dunia itu.
Data resmi yang dirilis Jumat menunjukkan tingkat pengangguran AS tergelincir ke level terendah dalam empat tahun sebesar 7,7 persen, setelah pertumbuhan pekerjaan mengambil lebih dari yang diharapkan.
Namun, Analis lain mengatakan, investor prihatin atas sinyal perlambatan ekonomi kedua terbesar di dunia, China. Inflasi China tercatat tertinggi dalam 10 bulan pada Februari 2013. Sementara pertumbuhan produksi industri dan penjualan ritel menurun.
"Rilis data selama akhir pekan menunjukkan bahwa rebound ekonomi China cepat goyah dari yang kita duga," kata peneliti dari rumah Capital Economics dalam sebuah laporannya, seperti dilansir Global Post, Selasa (12/3/2013).
"Pertumbuhan produksi industri dan penjualan ritel melambat dalam dua bulan pertama tahun ini ... kami percaya pertumbuhan cenderung melambat hingga akhir tahun ini," tambahnya.
(dmd)