Tanjung Adikarto masih butuh Rp300 M
A
A
A
Sindonews.com – Menteri Kelautan dan Perikanan Syarif C Sutardjo memastikan pencairan dana Rp100 miliar untuk penyelesaian breakwater Pelabuhan ikan Tanjung Adikarto. Namun ternyata, pelabuhan ini masih membutuhkan anggaran antara Rp275-300 miliar agar dapat beroperasi secara optimal.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan DIY Andung Prihadi mengatakan, anggaran ini dibutuhkan untuk penyelesaian breakwater dan infrastruktur pendukung lain. Menurut dia, anggaran Rp100 miliar yang dipastikan cair, tidak cukup untuk menyelesaikan pembangunan breakwater.
Sebab, dalam perjalanannya ada penyempurnaan bobot dan ukuran tetrapod yang digunakan maupun kepanjangan breakwater. Sisa breakwater akan ditambah 20 meter di sisi timur sehingga menjadi 100 meter secara keseluruhan. Sedangkan tetrapod yang digunakan juga disempurnakan, dari semula 9,50 ton-11,00 ton menjadi 16,50 -18,00 ton.
“Untuk breakwater saja, butuh anggaran sekitar Rp200 miliar baru selesai semuanya. Sekarang ombaknya juga semakin besar, ketinggiannya bisa melebihi breakwater. Jadi ke depan akan ditinggikan lagi sampai sekitar 8 meter. Sehingga breakwater ini baru selesai penuh tahun 2015,” kata Andung, Minggu (17/3/2013).
Dia menjelaskan, tahun ini Dinas Kelautan dan Perikanan DIY berencana mengeruk alur masuk kapal. Tujuannya agar kapal berukuran di bawah 30 grosston dapat memasuki kolam pelabuhan melalui alur tersebut. Namun pengerukan baru dilakukan setelah rekomendasi teknis dari Balai Besar Serayu Opak dan UGM.
“Dalam 1,5-2 bulan ke depan rekomendasi teknis keluar. Alur langsung dikeruk. Nanti rekomendasi teknis itu juga kita gunakan untuk mengajukan anggaran pelabuhan ke Departemen Pekerjaan Umum,” terangnya.
Selain penyelesaian di laut, pembangunan di darat dikerjakan secara simultan. Dengan demikian, di samping menyelesaikan breakwater pembangunan infrastruktur pendukung seperti cold storage, tempat pelelangan ikan maupun stasiun pengisian bahan bakar. Anggaran yang dibutuhkan sekitar Rp100 miliar.
Kendati demikian, dia memastikan tahun 2014 pelabuhan Tanjung Adikarto sudah beroperasi. Dalam artian, pelabuhan sudah dapat dapat digunakan untuk mendaratkan kapal. “Tapi memang belum beroperasi secara optimal. Operasionalnya baru optimal tahun 2015,” tegasnya.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan DIY Andung Prihadi mengatakan, anggaran ini dibutuhkan untuk penyelesaian breakwater dan infrastruktur pendukung lain. Menurut dia, anggaran Rp100 miliar yang dipastikan cair, tidak cukup untuk menyelesaikan pembangunan breakwater.
Sebab, dalam perjalanannya ada penyempurnaan bobot dan ukuran tetrapod yang digunakan maupun kepanjangan breakwater. Sisa breakwater akan ditambah 20 meter di sisi timur sehingga menjadi 100 meter secara keseluruhan. Sedangkan tetrapod yang digunakan juga disempurnakan, dari semula 9,50 ton-11,00 ton menjadi 16,50 -18,00 ton.
“Untuk breakwater saja, butuh anggaran sekitar Rp200 miliar baru selesai semuanya. Sekarang ombaknya juga semakin besar, ketinggiannya bisa melebihi breakwater. Jadi ke depan akan ditinggikan lagi sampai sekitar 8 meter. Sehingga breakwater ini baru selesai penuh tahun 2015,” kata Andung, Minggu (17/3/2013).
Dia menjelaskan, tahun ini Dinas Kelautan dan Perikanan DIY berencana mengeruk alur masuk kapal. Tujuannya agar kapal berukuran di bawah 30 grosston dapat memasuki kolam pelabuhan melalui alur tersebut. Namun pengerukan baru dilakukan setelah rekomendasi teknis dari Balai Besar Serayu Opak dan UGM.
“Dalam 1,5-2 bulan ke depan rekomendasi teknis keluar. Alur langsung dikeruk. Nanti rekomendasi teknis itu juga kita gunakan untuk mengajukan anggaran pelabuhan ke Departemen Pekerjaan Umum,” terangnya.
Selain penyelesaian di laut, pembangunan di darat dikerjakan secara simultan. Dengan demikian, di samping menyelesaikan breakwater pembangunan infrastruktur pendukung seperti cold storage, tempat pelelangan ikan maupun stasiun pengisian bahan bakar. Anggaran yang dibutuhkan sekitar Rp100 miliar.
Kendati demikian, dia memastikan tahun 2014 pelabuhan Tanjung Adikarto sudah beroperasi. Dalam artian, pelabuhan sudah dapat dapat digunakan untuk mendaratkan kapal. “Tapi memang belum beroperasi secara optimal. Operasionalnya baru optimal tahun 2015,” tegasnya.
(gpr)