Tiga tahun rugi, Etihad Airways catat laba USD1 juta
A
A
A
Sindonews.com - Etihad Airways, maskapai penerbangan nasional Uni Emirat Arab, menyambut baik titik balik mitra ekuitasnya Air Seychelles, yang telah mencatatkan keuntungan setelah tiga tahun mengalami kerugian.
President dan Chief Executive Officer Etihad Airways, James Hogan menjelaskan bahwa laba bersih sebesar USD1 juta tercapai hanya satu tahun setelah Etihad Airways yang bermarkas di Abu Dhabi mengakuisisi 40 persen saham di Air Seychelles bersama dengan kontrak manajemen lima tahun untuk memberikan dukungan strategis dan keahlian manajemen dalam membentuk maskapai menjadi entitas komersil yang kuat.
Hasil tersebut merupakan perubahan yang dramatis bagi maskapai Samudera Hindia itu, yang terus mengalami kerugian tiga tahun terakhir.
"Tantangan dalam ekonomi global berarti masih beratnya iklim bisnis bagi maskapai penerbangan. Dengan kondisi itu, hal ini merupakan hasil yang mengesankan," kata James dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (19/3/2013).
Kinerja ini, kata dia, memvalidasi kekuatan aliansi ekuitas perusahaan dimana kolaborasi komersial yang berkomitmen mendorong pertumbuhan pendapatan, integrasi dan konsolidasi dari fungsi kunci telah mencapai skala ekonomi dan penghematan biaya.
"Hal ini juga bukti kerja keras dan kemauan dari tim Seychelles Air untuk merangkul perubahan dan membuat keputusan-keputusan sulit yang diperlukan dalam membentuk kembali bisnis mereka," ujarnya.
Sementara perencanaan jaringan dan armada yang terpusat di Abu Dhabi telah menghasilkan rencana jaringan baru yang akan mendukung sektor pariwisata di Seychelles supaya lebih efektif.
President dan Chief Executive Officer Etihad Airways, James Hogan menjelaskan bahwa laba bersih sebesar USD1 juta tercapai hanya satu tahun setelah Etihad Airways yang bermarkas di Abu Dhabi mengakuisisi 40 persen saham di Air Seychelles bersama dengan kontrak manajemen lima tahun untuk memberikan dukungan strategis dan keahlian manajemen dalam membentuk maskapai menjadi entitas komersil yang kuat.
Hasil tersebut merupakan perubahan yang dramatis bagi maskapai Samudera Hindia itu, yang terus mengalami kerugian tiga tahun terakhir.
"Tantangan dalam ekonomi global berarti masih beratnya iklim bisnis bagi maskapai penerbangan. Dengan kondisi itu, hal ini merupakan hasil yang mengesankan," kata James dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (19/3/2013).
Kinerja ini, kata dia, memvalidasi kekuatan aliansi ekuitas perusahaan dimana kolaborasi komersial yang berkomitmen mendorong pertumbuhan pendapatan, integrasi dan konsolidasi dari fungsi kunci telah mencapai skala ekonomi dan penghematan biaya.
"Hal ini juga bukti kerja keras dan kemauan dari tim Seychelles Air untuk merangkul perubahan dan membuat keputusan-keputusan sulit yang diperlukan dalam membentuk kembali bisnis mereka," ujarnya.
Sementara perencanaan jaringan dan armada yang terpusat di Abu Dhabi telah menghasilkan rencana jaringan baru yang akan mendukung sektor pariwisata di Seychelles supaya lebih efektif.
(rna)