Calon investor DIY trauma maraknya investasi bodong
A
A
A
Sindonews.com - Maraknya kasus penipuan berkedok investasi bodong, telah merepotkan perusahaan valas, saham dan pasar modal. Mereka menjadi sulit mendapatkan nasabah baru. Butuh proses lebih lama untuk meyakinkan calon nasabah.
Senior Manager PT Valbury Asia Futures Yogyakarta, Pamungkas mengatakan, kasus investasi bodong membuat Image dan persepsi masyarakat menjadi keliru dalam mengartikan investasi berjangka.
Mereka berpandangan subyektif dan menilai semua investasi ini selalu berkedok penipuan. Akibatnya, ada penurunan terhadap minat calon investor hingga mencapai 50 persen. Calon investor menjadi berpikir ulang untuk melakukan investasi dan menyertakan sahamnya.
“Kita yang terkena dampaknya, padahal kita benar-benar professional dan tidak pernah ada yang melakukan penipuan,” jelasnya di Yogyakarta, Rabu (20/3/2013).
Selama ini, kasus investasi bodong selalu menggunakan komoditas emas. Calon nasabah diberikan iming-iming atau janji yang menggiurkan. Mulai dari keuntungan yang diperoleh bulanan, bonus emas, hingga tawaran yang menggiurkan lainnya.
Janji seperti inilah harus diwaspadai, karena investasi yang murni tidak pernah memberikan iming-iming yang menggiurkan. Justru keuntungan akan diperoleh investor yang melakukan transaksi, bukan secara bulanan. Tidak sedikit, bonus ini diberikan pada bulan pertama hingga ketiga untuk meyakinkan nasabah.
“Agar tidak tertipu, nasabah harus mengecek legalitas perusahaan, izin operasional dan pengawasan dari lembaga keuangan dan pemerintah,” ujarnya.
Vice presiden PT Valbury Asia Futures Yogyakarta, Roy Peterson menambahkan, untuk menghindari aksi penipuan berkedok investasi ini, perusahaannya siap memberikan edukasi kepada masyarakat dan calon investor.
Senior Manager PT Valbury Asia Futures Yogyakarta, Pamungkas mengatakan, kasus investasi bodong membuat Image dan persepsi masyarakat menjadi keliru dalam mengartikan investasi berjangka.
Mereka berpandangan subyektif dan menilai semua investasi ini selalu berkedok penipuan. Akibatnya, ada penurunan terhadap minat calon investor hingga mencapai 50 persen. Calon investor menjadi berpikir ulang untuk melakukan investasi dan menyertakan sahamnya.
“Kita yang terkena dampaknya, padahal kita benar-benar professional dan tidak pernah ada yang melakukan penipuan,” jelasnya di Yogyakarta, Rabu (20/3/2013).
Selama ini, kasus investasi bodong selalu menggunakan komoditas emas. Calon nasabah diberikan iming-iming atau janji yang menggiurkan. Mulai dari keuntungan yang diperoleh bulanan, bonus emas, hingga tawaran yang menggiurkan lainnya.
Janji seperti inilah harus diwaspadai, karena investasi yang murni tidak pernah memberikan iming-iming yang menggiurkan. Justru keuntungan akan diperoleh investor yang melakukan transaksi, bukan secara bulanan. Tidak sedikit, bonus ini diberikan pada bulan pertama hingga ketiga untuk meyakinkan nasabah.
“Agar tidak tertipu, nasabah harus mengecek legalitas perusahaan, izin operasional dan pengawasan dari lembaga keuangan dan pemerintah,” ujarnya.
Vice presiden PT Valbury Asia Futures Yogyakarta, Roy Peterson menambahkan, untuk menghindari aksi penipuan berkedok investasi ini, perusahaannya siap memberikan edukasi kepada masyarakat dan calon investor.
(gpr)