Tanaman bambu Indonesia punya nilai ekonomis tinggi
A
A
A
Sindonews.com - Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Republik Indonesia terus berupaya mendorong pelestarian dan pemanfaatan bambu sebagai kekayaan hayati nusantara.
Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Komunikasi Lingkungan dan pemberdayaan Masyarakat, Ilyas Assaad mengemukakan, bila dimanfaatkan dengan baik tanaman bambu Indonesia memiliki nilai ekonomis tinggi.
"Amerika saja pasar bambunya bisa sampai USD20 juta. Adapun 68 persennya dikuasai China. Tapi, kita juga sebenarnya tidak kalah. Dari 1.500 spesies bambu di seluruh dunia, Indonesia punya 150 spesies. Sebanyak 88 spesies di antaranya asli indonesia dan 55 spesies yang punya nilai ekonomis. Itu artinya peluang kita masih terbuka luas," kata Ilyas di Rumah Bambu, Sentul, Bogor, Sabtu (25/5/2013).
Bambu sendiri, saat ini sangat beragam pemanfaatannya. Tidak hanya untuk peralatan tradisional, tetapi juga untuk barang-barang hiasan berkelas yang eksklusif.
"Sekarang itu bambu bisa dimanfaatkan macem-macem. Dari mulai untuk furnitur, bangunan bahkan pengganti kayu. Kalau dulu orang bilang bambu itu kayunya orang miskin, sekarang bambu itu kayu masa depan. Saya pernah lihat, ada bangku dari bambu diekspor harganya bisa sampai Rp20 juta," ungkapnya.
Selain nilai ekonomisnya yang sangat tinggi, di sisi lain bambu juga memiliki fungsi yang sangat baik dalam rangka menjaga kelestarian alam sehingga, menurut Balthasar, cukup menjadi alasan kuat mengapa bambu perlu dilestarikan.
"Tanaman bambu yang rapat dapat mengikat tanah pada daerah-daerah lereng, sehingga memiliki fungsi dalam mengurangi erosi, sedimentasi dan longsor. Kalau bencana alam bisa ditekan, pemerintah bisa fokus dalam membangun perekonomian nasional," tandas Ilyas.
Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Komunikasi Lingkungan dan pemberdayaan Masyarakat, Ilyas Assaad mengemukakan, bila dimanfaatkan dengan baik tanaman bambu Indonesia memiliki nilai ekonomis tinggi.
"Amerika saja pasar bambunya bisa sampai USD20 juta. Adapun 68 persennya dikuasai China. Tapi, kita juga sebenarnya tidak kalah. Dari 1.500 spesies bambu di seluruh dunia, Indonesia punya 150 spesies. Sebanyak 88 spesies di antaranya asli indonesia dan 55 spesies yang punya nilai ekonomis. Itu artinya peluang kita masih terbuka luas," kata Ilyas di Rumah Bambu, Sentul, Bogor, Sabtu (25/5/2013).
Bambu sendiri, saat ini sangat beragam pemanfaatannya. Tidak hanya untuk peralatan tradisional, tetapi juga untuk barang-barang hiasan berkelas yang eksklusif.
"Sekarang itu bambu bisa dimanfaatkan macem-macem. Dari mulai untuk furnitur, bangunan bahkan pengganti kayu. Kalau dulu orang bilang bambu itu kayunya orang miskin, sekarang bambu itu kayu masa depan. Saya pernah lihat, ada bangku dari bambu diekspor harganya bisa sampai Rp20 juta," ungkapnya.
Selain nilai ekonomisnya yang sangat tinggi, di sisi lain bambu juga memiliki fungsi yang sangat baik dalam rangka menjaga kelestarian alam sehingga, menurut Balthasar, cukup menjadi alasan kuat mengapa bambu perlu dilestarikan.
"Tanaman bambu yang rapat dapat mengikat tanah pada daerah-daerah lereng, sehingga memiliki fungsi dalam mengurangi erosi, sedimentasi dan longsor. Kalau bencana alam bisa ditekan, pemerintah bisa fokus dalam membangun perekonomian nasional," tandas Ilyas.
(dmd)