IHSG diprediksi rentan terkoreksi
A
A
A
Sindonews.com - Kendati ditutup menguat pada petdagangan akhir pekan lalu, namun laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih sangat rentan terhadap potensi pembalikan arah oleh sedikit saja sentimen negatif. Ini membuat IHSG seolah berada di persimpangan antara zona hijau dan merah.
Pada perdagangan hari ini, Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada memperkirakan, IHSG akan berada pada support 4.882-4.915 dan resistance 4.955-4.965. Berpola menyerupai spinning di bawah upper bollinger bands (UBB). MACD mulai downreversal dengan histogram positif yang memendek. RSI, William's %R, dan Stochastic sedikit downreversal.
"Penutupan IHSG di antara batas support 1 dan resisten 1 kami (4.912-4.936) membuat IHSG berada di persimpangan jalan. Sentimen negatif sedikit saja bisa melemahkan IHSG. Untuk itu, cermati rilis data ekonomi dan laju bursa saham global dan tetap mewaspadai bila ada potensi pembalikan arah," kata Reza, Senin (8/4/2013).
Dari pasar global, penguatan yang terjadi pada bursa saham AS sebelumnya karena pidato The Fed sempat menghantarkan IHSG menghijau meskipun masih di bawah target atas dari resisten 4.936-4.950.
"Akan tetapi karena indeks saham HSI memerah membuat laju penguatan IHSG sempat terhambat dan mampir ke zona merah," kata Reza.
Reza berpandangan, kemungkinan pelaku pasar menilai tren IHSG jangka pendek sudah berubah menjadi downtrend, sehingga mereka berorientasi jualan ketika IHSG naik.
Itulah yang menyebabkan laju penguatan IHSG terhambat. Masih merahnya pembukaan pasar saham Eropa turut menghambat kenaikan yang terjadi. Untungnya, masih adanya nett buy asing membuat IHSG kembali melompat ke zona hijau.
"Sepanjang perdagangan, IHSG menyentuh level 4.948,75 (level tertingginya) di awal sesi 1 dan menyentuh level 4.4907,63 (level terendahnya) jelang preclosing dan berakhir di level 4.926,07. Volume perdagangan dan nilai total transaksi turun. Investor asing mencatatkan nett buy dengan penurunan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett sell," papar dia.
Pergerakan nilai tukar rupiah masih dalam teritori negatif setelah merespon komentar Presiden ECB, Mario Draghi bahwa pemulihan ekonomi zona Eropa tahun ini tidak terlepas dari downside risk yang menyertainya dan penurunan sejumlah data ekonomi di Eropa.
Di sisi lain, meski pelaku pasar sempat merespon positif pidato The Fed yang mengatakan akan tetap memperpanjang program pembelian obligasinya. Namun, dengan adanya pernyataan salah satu petinggi The Fed, William Dudley bahwa program pembelian obligasi kemungkinan akan berakhir pada penghujung tahun ini membuat pelaku pasar semakin sensitif setiap jelang rilis data ekonomi AS yang sekiranya mengindikasikan akan berakhirnya program tersebut. Salah satunya terhadap data nonfarm payrolls yang akan dirilis.
Indeks saham Asia cenderung melemah kecuali Nikkei yang sempat naik signifikan dengan merespon pidato Gubernur BoJ yang baru, Haruhiko Kuroda, yang akan memperpanjang pembelian obligasi jangka panjang hingga mencapai 7 triliun yen.
Akan tetapi, penguatan tidak bertahan lama meski masih dapat ditutup hijau setelah terimbas pelemahan indeks HSI paska libur terkait kepanikan pelaku pasar dengan ancaman flu burung yang bisa meluas di wilayah China. Sementara indeks saham China lainnya masih tutup karena libur.
Pasar saham Eropa harus berakhir di zona merah setelah data-data ekonomi AS dinilai tidak cukup kuat untuk mengalami pemulihan. Apalagi pelaku pasar masih kecewa dengan pidato ECB sebelumnya, dimana satu sisi akan berupaya memberikan stimulus untuk menopang perekonomian zona Eropa, namun di sisi lain ECB juga memperingatkan masih adanya downside risk ekonomi di tahun ini.
Di sisi lain, turunnya retail sales dan GDP Growth rate zona Eropa serta rilis kinerja Banca Monte dei Paschi di Siena SpA, bank tertua terbesar di Eropa, yang mengalami kerugian kuartalan lebih besar dari estimasi menambah sentimen negatif.
Bursa saham AS gagal bertahan di zona positif setelah rilis nonfarm payrolls tumbuh di bawah perkiraan dan periode sebelumnya meskipun unemployment rate turun tipis. Sentimen tersebut dan posisi indeks saham AS yang hampir menyentuh area overbought-nya dimanfaatkan untuk profit taking.
Pada perdagangan hari ini, Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada memperkirakan, IHSG akan berada pada support 4.882-4.915 dan resistance 4.955-4.965. Berpola menyerupai spinning di bawah upper bollinger bands (UBB). MACD mulai downreversal dengan histogram positif yang memendek. RSI, William's %R, dan Stochastic sedikit downreversal.
"Penutupan IHSG di antara batas support 1 dan resisten 1 kami (4.912-4.936) membuat IHSG berada di persimpangan jalan. Sentimen negatif sedikit saja bisa melemahkan IHSG. Untuk itu, cermati rilis data ekonomi dan laju bursa saham global dan tetap mewaspadai bila ada potensi pembalikan arah," kata Reza, Senin (8/4/2013).
Dari pasar global, penguatan yang terjadi pada bursa saham AS sebelumnya karena pidato The Fed sempat menghantarkan IHSG menghijau meskipun masih di bawah target atas dari resisten 4.936-4.950.
"Akan tetapi karena indeks saham HSI memerah membuat laju penguatan IHSG sempat terhambat dan mampir ke zona merah," kata Reza.
Reza berpandangan, kemungkinan pelaku pasar menilai tren IHSG jangka pendek sudah berubah menjadi downtrend, sehingga mereka berorientasi jualan ketika IHSG naik.
Itulah yang menyebabkan laju penguatan IHSG terhambat. Masih merahnya pembukaan pasar saham Eropa turut menghambat kenaikan yang terjadi. Untungnya, masih adanya nett buy asing membuat IHSG kembali melompat ke zona hijau.
"Sepanjang perdagangan, IHSG menyentuh level 4.948,75 (level tertingginya) di awal sesi 1 dan menyentuh level 4.4907,63 (level terendahnya) jelang preclosing dan berakhir di level 4.926,07. Volume perdagangan dan nilai total transaksi turun. Investor asing mencatatkan nett buy dengan penurunan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett sell," papar dia.
Pergerakan nilai tukar rupiah masih dalam teritori negatif setelah merespon komentar Presiden ECB, Mario Draghi bahwa pemulihan ekonomi zona Eropa tahun ini tidak terlepas dari downside risk yang menyertainya dan penurunan sejumlah data ekonomi di Eropa.
Di sisi lain, meski pelaku pasar sempat merespon positif pidato The Fed yang mengatakan akan tetap memperpanjang program pembelian obligasinya. Namun, dengan adanya pernyataan salah satu petinggi The Fed, William Dudley bahwa program pembelian obligasi kemungkinan akan berakhir pada penghujung tahun ini membuat pelaku pasar semakin sensitif setiap jelang rilis data ekonomi AS yang sekiranya mengindikasikan akan berakhirnya program tersebut. Salah satunya terhadap data nonfarm payrolls yang akan dirilis.
Indeks saham Asia cenderung melemah kecuali Nikkei yang sempat naik signifikan dengan merespon pidato Gubernur BoJ yang baru, Haruhiko Kuroda, yang akan memperpanjang pembelian obligasi jangka panjang hingga mencapai 7 triliun yen.
Akan tetapi, penguatan tidak bertahan lama meski masih dapat ditutup hijau setelah terimbas pelemahan indeks HSI paska libur terkait kepanikan pelaku pasar dengan ancaman flu burung yang bisa meluas di wilayah China. Sementara indeks saham China lainnya masih tutup karena libur.
Pasar saham Eropa harus berakhir di zona merah setelah data-data ekonomi AS dinilai tidak cukup kuat untuk mengalami pemulihan. Apalagi pelaku pasar masih kecewa dengan pidato ECB sebelumnya, dimana satu sisi akan berupaya memberikan stimulus untuk menopang perekonomian zona Eropa, namun di sisi lain ECB juga memperingatkan masih adanya downside risk ekonomi di tahun ini.
Di sisi lain, turunnya retail sales dan GDP Growth rate zona Eropa serta rilis kinerja Banca Monte dei Paschi di Siena SpA, bank tertua terbesar di Eropa, yang mengalami kerugian kuartalan lebih besar dari estimasi menambah sentimen negatif.
Bursa saham AS gagal bertahan di zona positif setelah rilis nonfarm payrolls tumbuh di bawah perkiraan dan periode sebelumnya meskipun unemployment rate turun tipis. Sentimen tersebut dan posisi indeks saham AS yang hampir menyentuh area overbought-nya dimanfaatkan untuk profit taking.
(rna)