Bunga bank 2015 diperkirakan lebih kompetitif
A
A
A
Sindonews.com - Suku bunga bank di Indonesia pada 2015 diperkirakan akan lebih kompetitif dibandingkan nilai suku bunga bank saat ini. Penyesuaian suku bunga diperkirakan terjadi pasca diberlakukannya ASEAN Aconomic Community (AEC) pada 2015.
Deputi Direktur Kajian Ekonomi Bank Indonesia wilayah VI Jabar Banten Rahmat Dwi Saputra mengakui, suku bunga pembiayaan perbankan di Indonesia dengan nilai rata rata 10,8 persen dinilai masih lebih tinggi dibandingkan beberapa Negara di kawasan ASEAN, seperti Thailand dan Malaysia. Tapi masih lebih rendah dari Negara lainnya seperti Vietnam dan Filipina.
“Pasca diberlakukannya ASEAN Economic Community (AEC), diperkirakan akan terjadi penyesuaian suku bunga bank. Apabila bunga bank nasional lebih tinggi dari Malaysia atau negara lainnya, dikhawatirkan kalah bersaing dengan bank dari Negara lain,” jelas Rahmat Dwi Saputra di Bandung, Kamis (11/4/2013).
Saat ini, lanjut dia, perbankan nasional mulai melakukan penyesuaian suku bunga agar lebih kompetitif. Sejumlah perbankan, tercatat mulai menurunkan bunga kredit dan mengikuti BI Rate untuk suku bunga tabungan, deposito, dan produk tabungan lainnya. Kondisi tersebut, lanjut dia, cukup menggembirakan bagi nasabah dan pelaku usaha.
Menurut dia, untuk menurunkan bunga pinjaman, langkah yang bisa ditempuh perbankan yaitu menurunkan biaya operasional (Bopo). Evisiensi pada biaya operasional perbankan, berpengaruh positif terhadap besaran margin perbankan yang dibebankan kepada nasabah. “Walaupun tren biaya operasional perbankan semakin sehat, kami terus mendorong perbankan lebih evisien lagi,” pungkas dia.
Diketahui, bunga kredit perbankan nasional dinilai masih terlalu tinggi, akibat tingginya biaya operasional. Tak heran, sejumlah program kredit masih di tawarkan dengan nilai bunga cukup tinggi.
Lebih jauh Rahmat menjelaskan, pada AEC 2015, sektor perbankan diperkirakan akan menghadapi tantangan cukup berat. Apalagi, saat ini sejumlah modal asing telah masuk ke perbankan nasional. “Bank bank di Indonesia harus siap bersaing. Kalau tidak, bisa tergerus oleh bank lainnya,” pungkas dia.
Ketika disinggung banyaknya perbankan asing yang masuk ke Indonesia, Rahmat berharap, penerapan AEC 2015 akan mempermudah bank nasional ekspansi bisnis di Negara lain di kawasan Asean. “Saat ini sejumlah perbankan nasional sudah mulai membuka cabang di Negara lain. Kedepannya, kami berharap lebih banyak lagi,” imbuh dia.
Deputi Direktur Kajian Ekonomi Bank Indonesia wilayah VI Jabar Banten Rahmat Dwi Saputra mengakui, suku bunga pembiayaan perbankan di Indonesia dengan nilai rata rata 10,8 persen dinilai masih lebih tinggi dibandingkan beberapa Negara di kawasan ASEAN, seperti Thailand dan Malaysia. Tapi masih lebih rendah dari Negara lainnya seperti Vietnam dan Filipina.
“Pasca diberlakukannya ASEAN Economic Community (AEC), diperkirakan akan terjadi penyesuaian suku bunga bank. Apabila bunga bank nasional lebih tinggi dari Malaysia atau negara lainnya, dikhawatirkan kalah bersaing dengan bank dari Negara lain,” jelas Rahmat Dwi Saputra di Bandung, Kamis (11/4/2013).
Saat ini, lanjut dia, perbankan nasional mulai melakukan penyesuaian suku bunga agar lebih kompetitif. Sejumlah perbankan, tercatat mulai menurunkan bunga kredit dan mengikuti BI Rate untuk suku bunga tabungan, deposito, dan produk tabungan lainnya. Kondisi tersebut, lanjut dia, cukup menggembirakan bagi nasabah dan pelaku usaha.
Menurut dia, untuk menurunkan bunga pinjaman, langkah yang bisa ditempuh perbankan yaitu menurunkan biaya operasional (Bopo). Evisiensi pada biaya operasional perbankan, berpengaruh positif terhadap besaran margin perbankan yang dibebankan kepada nasabah. “Walaupun tren biaya operasional perbankan semakin sehat, kami terus mendorong perbankan lebih evisien lagi,” pungkas dia.
Diketahui, bunga kredit perbankan nasional dinilai masih terlalu tinggi, akibat tingginya biaya operasional. Tak heran, sejumlah program kredit masih di tawarkan dengan nilai bunga cukup tinggi.
Lebih jauh Rahmat menjelaskan, pada AEC 2015, sektor perbankan diperkirakan akan menghadapi tantangan cukup berat. Apalagi, saat ini sejumlah modal asing telah masuk ke perbankan nasional. “Bank bank di Indonesia harus siap bersaing. Kalau tidak, bisa tergerus oleh bank lainnya,” pungkas dia.
Ketika disinggung banyaknya perbankan asing yang masuk ke Indonesia, Rahmat berharap, penerapan AEC 2015 akan mempermudah bank nasional ekspansi bisnis di Negara lain di kawasan Asean. “Saat ini sejumlah perbankan nasional sudah mulai membuka cabang di Negara lain. Kedepannya, kami berharap lebih banyak lagi,” imbuh dia.
(gpr)