Inflasi berpotensi ganggu pertumbuhan ekonomi Jabar

Senin, 15 April 2013 - 16:13 WIB
Inflasi berpotensi ganggu pertumbuhan ekonomi Jabar
Inflasi berpotensi ganggu pertumbuhan ekonomi Jabar
A A A
Sindonews.com - Tingginya angka inflasi berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi Jawa Barat (Jabar) pada periode ini.

Asisten Deputi Ekonomi dan Keuangan Daerah Kementerian Koordinator Perekonomian, Sartono mengatakan, inflasi yang terjadi hampir tiga bulan berturut turut mesti mendapat perhatian serius semua pihak. Kondisi tersebut mesti di cermati, agar tidak mengganggu stabilitas ekonomi daerah.

"Inflasi jangan sampai mengganggu pertumbuhan ekonomi Indonesia yang saat ini cukup bagus. Karena potensi tersebut bisa saja terjadi," katanya usai menghadiri pertemuan dengan Forum Koordinasi Pengendali Inflasi (FKPI) Jabar di Kantor Perwakilan Bank Indonesia wilayah VI Jabar Banten, Senin (15/4/2013).

Potensi terjadinya perlambatan ekonomi juga mesti diantisipasi Jabar. Seperti diketahui, inflasi Jabar pada Januari 2013 naik signifikan. Walaupun angka inflasi Jabar pada Februari dan Maret turun, lebih karena dorongan deplasi di beberapa kota. Bahkanm pada Maret 2013, inflasi Jabar pun tercatat 1,28 persen.

Menurutnya, langkah pengendalian inflasi di Jabar perlu dilakukan melihat kontribusi Jabar dan DKI Jakarta terhadap angka inflasi nasional lebih dari 60 perssen. "Langkah-langkah pengendalian inflasi di Jabar kami nilai sudah berjalan baik," kata Sartono.

Sementara itu, Deputi Direktur Humas dan Kajian Ekonomi Bank Indonesia wilayah VI Jabar Banten Rahmat Dwisaputra mengakui, inflasi berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi di suatu kawasan. Selain inflasi, komponen lainnya yaitu stabilitas politik dan keamanan, dan kepastian bisnis.

"Pertumbuhan ekonomi ekuivalen dengan banyaknya uang yang beredar. Tapi, inflasi yang tinggi justru membuat nilai uang semakin turun. Akibatnya, daya beli masyarakat menurun," ungkap dia.

Turunnya daya beli masyarakat akibat tingginya harga komoditas menyebabkan penurunan produksi pada sektor industri. "Tapi mudah mudahan yang terjadi saat ini baru sebatas penurunan nilai mata uang. Efeknya belum terlalu besar kepada pertumbuhan ekonomi," imbuh dia.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5871 seconds (0.1#10.140)