Defisit perdagangan Jepang naik empat kali lipat
A
A
A
Sindonews.com - Defisit perdagangan Jepang pada Maret 2013 mencapai empat kali lipat. Data ini menunjukkan, bahwa melemahnya yen membuat impor bahan bakar jauh lebih mahal.
Nilai barang yang datang ke negara itu sebesar 362,4 miliar yen (USD3,7 miliar) lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor pada bulan lalu, atau empat kali kesenjangan dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Dibandingkan Maret 2012, yen bernilai sekitar 16 persen atau lebih rendah pada Maret tahun ini, menaikkan biaya bahan bakar fosil yang dihargakan dalam dolar.
Sementara nilai ekspor naik 1,1 persen menjadi 6,27 triliun yen dibantu benjolan besar dalam pengiriman menuju AS, yang naik 7,0 persen.
Impor secara keseluruhan naik 5,5 persen, menjadi 6,63 triliun yen dengan pembelian minyak mentah meningkat 7,0 persen dan gas alam cair naik 8,8 persen.
"Tidak bisa dihindari, bahwa neraca perdagangan akan berakhir dengan defisit karena dampak dari kurs mata uang," kata Masahiko Hashimoto, ekonom dari Daiwa Institute of Research, seperti dilansir dari Business Recorder, Kamis (18/4/2013).
Tingkat rata-rata nilai mata uang pada Maret 2013 sebesar 94,08 yen terhadap dolar, melawan 81.04 pada Maret 2012. Angka ini telah melemah berdiri sekitar di level 98 pada Kamis.
"Semakin rendah yen membantu nilai ekspor tetapi volume mereka belum menunjukkan pemulihan kuat. Ada jeda waktu sampai kita melihat perbaikan nyata," ujar Hashimoto.
"Impor Energi tetap tinggi dan yen melemah terhadap latar belakang ini, mengakibatkan defisit perdagangan. Kita sekarang melihat sisi negatif meskipun dampak keseluruhan akan positif (jangka panjang)," tambahnya.
Nilai barang yang datang ke negara itu sebesar 362,4 miliar yen (USD3,7 miliar) lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor pada bulan lalu, atau empat kali kesenjangan dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Dibandingkan Maret 2012, yen bernilai sekitar 16 persen atau lebih rendah pada Maret tahun ini, menaikkan biaya bahan bakar fosil yang dihargakan dalam dolar.
Sementara nilai ekspor naik 1,1 persen menjadi 6,27 triliun yen dibantu benjolan besar dalam pengiriman menuju AS, yang naik 7,0 persen.
Impor secara keseluruhan naik 5,5 persen, menjadi 6,63 triliun yen dengan pembelian minyak mentah meningkat 7,0 persen dan gas alam cair naik 8,8 persen.
"Tidak bisa dihindari, bahwa neraca perdagangan akan berakhir dengan defisit karena dampak dari kurs mata uang," kata Masahiko Hashimoto, ekonom dari Daiwa Institute of Research, seperti dilansir dari Business Recorder, Kamis (18/4/2013).
Tingkat rata-rata nilai mata uang pada Maret 2013 sebesar 94,08 yen terhadap dolar, melawan 81.04 pada Maret 2012. Angka ini telah melemah berdiri sekitar di level 98 pada Kamis.
"Semakin rendah yen membantu nilai ekspor tetapi volume mereka belum menunjukkan pemulihan kuat. Ada jeda waktu sampai kita melihat perbaikan nyata," ujar Hashimoto.
"Impor Energi tetap tinggi dan yen melemah terhadap latar belakang ini, mengakibatkan defisit perdagangan. Kita sekarang melihat sisi negatif meskipun dampak keseluruhan akan positif (jangka panjang)," tambahnya.
(dmd)