Minyak di Asia naik dipengaruhi spekulasi OPEC
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia hari ini naik, menanggapi spekulasi yang akan dilakukan OPEC untuk mengurangi produksi menjelang pertemuan bulan depan. Menurut para analis, langkah ini diambil dalam upaya menghentikan penurunan minyak mentah Brent, yang masih berada di bawah USD100 per barel.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Mei menambahkan 43 sen menjadi USD88,16 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juni naik 30 sen menjadi USD99,43, namun masih di bawah ambang batas psikologis USD100 per barel.
"Ada rumor bahwa OPEC melakukan panggilan darurat untuk pertemuan membahas produksi jika harga Brent tetap di bawah USD100 per barel. Ini akan mendorong harga minyak dalam waktu dekat," kata Ker Chung Yang, analis investasi senior Phillip Futures di Singapura, seperti dilansir dari Global Post, Jumat (19/4/2013).
Harga Brent telah mencapai posisi terendah selama pekan ini, sebagai dampak dari data ekonomi yang buruk dari China dan Amerika Serikat, membuat dealer prihatin dengan kekuatan pemulihan ekonomi global.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) awal bulan ini memperkirakan permintaan minyak dunia untuk 2012 dan 2013 hampir tidak berubah, dengan China diharapkan dapat memberikan kontribusi pertumbuhan, di tengah penurunan di negara-negara industri.
Para analis mengatakan, harga USD100 untuk Brent dianggap ideal bagi Arab Saudi, eksportir minyak terbesar di dunia, yang dapat mendorong para anggota OPEC di bawahnya mengurangi produksi.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Mei menambahkan 43 sen menjadi USD88,16 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juni naik 30 sen menjadi USD99,43, namun masih di bawah ambang batas psikologis USD100 per barel.
"Ada rumor bahwa OPEC melakukan panggilan darurat untuk pertemuan membahas produksi jika harga Brent tetap di bawah USD100 per barel. Ini akan mendorong harga minyak dalam waktu dekat," kata Ker Chung Yang, analis investasi senior Phillip Futures di Singapura, seperti dilansir dari Global Post, Jumat (19/4/2013).
Harga Brent telah mencapai posisi terendah selama pekan ini, sebagai dampak dari data ekonomi yang buruk dari China dan Amerika Serikat, membuat dealer prihatin dengan kekuatan pemulihan ekonomi global.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) awal bulan ini memperkirakan permintaan minyak dunia untuk 2012 dan 2013 hampir tidak berubah, dengan China diharapkan dapat memberikan kontribusi pertumbuhan, di tengah penurunan di negara-negara industri.
Para analis mengatakan, harga USD100 untuk Brent dianggap ideal bagi Arab Saudi, eksportir minyak terbesar di dunia, yang dapat mendorong para anggota OPEC di bawahnya mengurangi produksi.
(dmd)