IMF: Ekonomi Malaysia dan China tertinggi di Asia
A
A
A
Sindonews.com - Malaysia dan China meraih peringkat tertinggi ekonomi negara berkembang di Asia dalam grafik diukur kekuatan institusional oleh Dana Moneter Internasional (IMF). Sementara Indonesia, India dan Filipina berada di bawah.
"Emerging Asia berpotensi rentan terhadap middle-income trap, fenomena di mana ekonomi berisiko mengalami stagnasi pada tingkat pendapatan menengah dan gagal masuk ke dalam jajaran negara maju," kata IMF dalam Outlook Ekonomi Regional terbaru untuk Asia dan Pasifik, seperti dilansir dari The Star, Senin (29/4/2013).
"MIEs (ekonomi menengah) di Asia kurang terkena risiko perlambatan pertumbuhan yang berkelanjutan dari MIEs daerah lain. Namun, kinerja mereka relatif lebih lemah pada lembaga-lembaga," tambahnya.
IMF mengatakan, India, Filipina, China dan Indonesia perlu meningkatkan lembaga-lembaga ekonomi mereka. Demikian pula India, Filipina dan Thailand juga terkena risiko lebih besar dari perlambatan pertumbuhan, berasal dari infrastruktur di bawah standar.
Laporan ini didefinisikan sebagai kemampuan kelembagaan yang menunjukkan stabilitas politik lebih tinggi, kemampuan birokrasi yang lebih baik, konflik lebih sedikit dan pengurangan korupsi. Malaysia dan China merupakan peringkat tertinggi negara berkembang Asia dalam grafik mengukur kekuatan institusional, sementara Indonesia, India dan Filipina berada di bawah.
IMF mengatakan, berbagai pendekatan statistik menunjukkan bahwa tren tingkat pertumbuhan di China dan India melambat. Bagi China, tren pertumbuhan tampaknya telah mencapai puncak pada sekitar 11 persen pada 2006-2007, sedangkan tren pertumbuhan India sekarang sekitar 6-7 persen dibandingkan dengan sekitar 8 persen sebelum krisis keuangan.
"Sebaliknya tren pertumbuhan untuk sebagian besar negara-negara ASEAN tampaknya tetap stabil atau telah meningkat sedikit, dengan pengecualian Vietnam," tandas lembaga peminjam tersebut.
IMF baru-baru ini memangkas proyeksi pertumbuhan 2013 dan 2014 untuk China, India, Korea Selatan dan Singapura, namun menaikkan proyeksi untuk Malaysia dan Filipina.
"Emerging Asia berpotensi rentan terhadap middle-income trap, fenomena di mana ekonomi berisiko mengalami stagnasi pada tingkat pendapatan menengah dan gagal masuk ke dalam jajaran negara maju," kata IMF dalam Outlook Ekonomi Regional terbaru untuk Asia dan Pasifik, seperti dilansir dari The Star, Senin (29/4/2013).
"MIEs (ekonomi menengah) di Asia kurang terkena risiko perlambatan pertumbuhan yang berkelanjutan dari MIEs daerah lain. Namun, kinerja mereka relatif lebih lemah pada lembaga-lembaga," tambahnya.
IMF mengatakan, India, Filipina, China dan Indonesia perlu meningkatkan lembaga-lembaga ekonomi mereka. Demikian pula India, Filipina dan Thailand juga terkena risiko lebih besar dari perlambatan pertumbuhan, berasal dari infrastruktur di bawah standar.
Laporan ini didefinisikan sebagai kemampuan kelembagaan yang menunjukkan stabilitas politik lebih tinggi, kemampuan birokrasi yang lebih baik, konflik lebih sedikit dan pengurangan korupsi. Malaysia dan China merupakan peringkat tertinggi negara berkembang Asia dalam grafik mengukur kekuatan institusional, sementara Indonesia, India dan Filipina berada di bawah.
IMF mengatakan, berbagai pendekatan statistik menunjukkan bahwa tren tingkat pertumbuhan di China dan India melambat. Bagi China, tren pertumbuhan tampaknya telah mencapai puncak pada sekitar 11 persen pada 2006-2007, sedangkan tren pertumbuhan India sekarang sekitar 6-7 persen dibandingkan dengan sekitar 8 persen sebelum krisis keuangan.
"Sebaliknya tren pertumbuhan untuk sebagian besar negara-negara ASEAN tampaknya tetap stabil atau telah meningkat sedikit, dengan pengecualian Vietnam," tandas lembaga peminjam tersebut.
IMF baru-baru ini memangkas proyeksi pertumbuhan 2013 dan 2014 untuk China, India, Korea Selatan dan Singapura, namun menaikkan proyeksi untuk Malaysia dan Filipina.
(dmd)