Ini tiga indikasi usaha angkutan sulit berkembang
A
A
A
Sindonews.com - Kepala Unit Pengelola Transjakarta Busway, Muhammad Akbar mengemukakan, usaha angkutan kota (angkot) saat ini sulit berkembang dan diambang kematian. Hal ini merujuk pada tiga indikasi.
Pertama, share angkutan umum yang semakin menurun. Berdasarkan data yang dirilis Prelimenary Figures of JUTPI Commuter Survey 2010, rasio angkutan umum/bus di Indonesia pada 2002 mencapai 38,3 persen. Sementara sepeda motor 21,2 persen, sepeda kayuh 23,7 persen, mobil (termasuk taksi dan bajaj ) 11,6 persen, dan sisanya 5,3 persen.
Namun pada 2010, jumlah sepeda motor melonjak drastis yakni mencapai 48,7 persen. Sedangkan moda transportasi lain tidak mengalami perubahan signifikan yakni mobil (termasuk taksi dan bajaj) sebesar 13,5 persen, sepeda kayuh 22,6 persen dan lain-lain 2,3 persen.
Sementara, angkutan umum/bus menyusut hingga 12.9 persen. Indikasi kedua yaitu gagalnya peremajaan angkutan umum yang dilakukan pengusaha.
"Kemarin Pak Jokowi (Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo) waktu sidak sampai kaget, mengetahui sendiri ada kopaja yang usianya sampai 30 tahun masih beroperasi," tutur Akbar dalam seminar di Jakarta, Selasa (28/5/2013).
Indikasi terakhir, kata Akbar adalah waktu operasi transportasi umum yang semakin berkurang. "Bus kota non Transjakarta hanya beroperasi dari pukul 06.00 pagi hingga pukul 19.00 malam. Di atas pukul 19.00, biasanya angkot luar kota (dari Tangerang, Bekasi dan sekitarnya yang mulai beroperasi dalam kota Jakarta," jelasnya.
Karena itu, lanjut dia, Transjakarta hadir untuk menyelamatkan transportasi publik di Jakarta. Dia berharap masyarakat bisa membantu dengan tidak melanggar lalu lintas bus Transjakarta.
"Saya juga ingin mengajak media untuk mengedukasi masyarakat agar tidak mengambil jalan bus Transjakarta. Kalau perlu pelanggar lalin itu difoto besar-besar," ujar Akbar.
Pertama, share angkutan umum yang semakin menurun. Berdasarkan data yang dirilis Prelimenary Figures of JUTPI Commuter Survey 2010, rasio angkutan umum/bus di Indonesia pada 2002 mencapai 38,3 persen. Sementara sepeda motor 21,2 persen, sepeda kayuh 23,7 persen, mobil (termasuk taksi dan bajaj ) 11,6 persen, dan sisanya 5,3 persen.
Namun pada 2010, jumlah sepeda motor melonjak drastis yakni mencapai 48,7 persen. Sedangkan moda transportasi lain tidak mengalami perubahan signifikan yakni mobil (termasuk taksi dan bajaj) sebesar 13,5 persen, sepeda kayuh 22,6 persen dan lain-lain 2,3 persen.
Sementara, angkutan umum/bus menyusut hingga 12.9 persen. Indikasi kedua yaitu gagalnya peremajaan angkutan umum yang dilakukan pengusaha.
"Kemarin Pak Jokowi (Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo) waktu sidak sampai kaget, mengetahui sendiri ada kopaja yang usianya sampai 30 tahun masih beroperasi," tutur Akbar dalam seminar di Jakarta, Selasa (28/5/2013).
Indikasi terakhir, kata Akbar adalah waktu operasi transportasi umum yang semakin berkurang. "Bus kota non Transjakarta hanya beroperasi dari pukul 06.00 pagi hingga pukul 19.00 malam. Di atas pukul 19.00, biasanya angkot luar kota (dari Tangerang, Bekasi dan sekitarnya yang mulai beroperasi dalam kota Jakarta," jelasnya.
Karena itu, lanjut dia, Transjakarta hadir untuk menyelamatkan transportasi publik di Jakarta. Dia berharap masyarakat bisa membantu dengan tidak melanggar lalu lintas bus Transjakarta.
"Saya juga ingin mengajak media untuk mengedukasi masyarakat agar tidak mengambil jalan bus Transjakarta. Kalau perlu pelanggar lalin itu difoto besar-besar," ujar Akbar.
(izz)