Disperindag Sulsel jamin stok sembako aman
A
A
A
Sindonews.com - Jelang bulan Ramadhan yang jatuh pada Juli mendatang, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulawesi Selatan (Sulsel) menjamin stok beras dan stok gula untuk konsumsi masyarakat aman.
Kepala Disperindag Sulsel Irman Yasin Limpo mengatakan, untuk ketahanan beras atau stok yang ada di Bulog masih mencukupi untuk 30 bulan kedepannya. Sedangkan stok gula pasir masih tersedia 2.600 ton.
Sehingga masyarakat tidak perlu khawatir meskipun pola konsumsi cenderung meningkat di bulan suci umat Islam tersebut. Meski demikian, lanjutnya, untuk mengantisipasi kenaikan harga akibat pembatasan kuota impor, pihaknya akan terus melakukan pengawasan proses distribusi mulai dari distributor hingga ke konsumen.
“Tim kami terus melakukan pemantauan harga bahan pokok baik di pasar tradisional maupun pasar modern. Ini juga kami lakukan untuk mengantisipasi agar rencana kenaikan BBM dalam waktu dekat tidak akan mempengaruhi kenaikan bahan pokok di Sulsel,” ujarnya, Kamis (30/5/2013).
Dari pemantaun di beberapa pasar tradisional, harga gula dan beras masih relatif stabil. Di Pasar tradisional Daya misalnya, harga gula dijual dengan Rp13 ribu perkilogram, semantara beras dengan kemasan 25 kg dijual dengan harga Rp185 ribu.
Sementara di pasar tradisional Antang, harga gula cukup variatif antara Rp13 ribu-Rp14 ribu. Untuk harga beras kualitas sedang dijual dengan harga Rp6.700 per kg dan kualitas nomor satu dijual dengan harga Rp7.000 perkilogram.
Sementara itu, anggota Komisi C DPRD Sulsel, Amir Uskara mengatakan, untuk menjamin kestabilan harga dan ketersediaan barang jelang Ramadhan dan Idul Fitri, provinsi bersama pemerintah kabupaten/kota memang sudah harus membentuk tim yang setiap hari melakukan pemantauan harga termasuk pasar tradisional.
Disperindag juga, lanjutnya, harus menjalin komunikasi dengan otoritas pelabuhan agar memprioritaskan bongkar muat barang kebutuhan pokok. “Kalau ketersediaan cukup, stok banyak maka pedagang akan sulit berspekulasi,” katanya.
Meski demikian, jika terdapat komoditi yang melonjak drastis nantinya, Disperindag pun sudah harus siap melakukan operasi pasar dan pasar murah setelah berkoordinasi dengan distributor. Bahkan jika perlu Pemrov dapat menggunakan dana kontigensi (dana kejadian khusus) untuk mem-backup ketersediaan bahan pokok murah.
“Kontigensi itu ada di APBD. Memang ini dana untuk kejadian khusus, tapi saya kira Dewan akan menyetujui permintaan tersebut kalau sekiranya memang diperlukan,” tandas ketua PPP Sulsel ini.
Kepala Disperindag Sulsel Irman Yasin Limpo mengatakan, untuk ketahanan beras atau stok yang ada di Bulog masih mencukupi untuk 30 bulan kedepannya. Sedangkan stok gula pasir masih tersedia 2.600 ton.
Sehingga masyarakat tidak perlu khawatir meskipun pola konsumsi cenderung meningkat di bulan suci umat Islam tersebut. Meski demikian, lanjutnya, untuk mengantisipasi kenaikan harga akibat pembatasan kuota impor, pihaknya akan terus melakukan pengawasan proses distribusi mulai dari distributor hingga ke konsumen.
“Tim kami terus melakukan pemantauan harga bahan pokok baik di pasar tradisional maupun pasar modern. Ini juga kami lakukan untuk mengantisipasi agar rencana kenaikan BBM dalam waktu dekat tidak akan mempengaruhi kenaikan bahan pokok di Sulsel,” ujarnya, Kamis (30/5/2013).
Dari pemantaun di beberapa pasar tradisional, harga gula dan beras masih relatif stabil. Di Pasar tradisional Daya misalnya, harga gula dijual dengan Rp13 ribu perkilogram, semantara beras dengan kemasan 25 kg dijual dengan harga Rp185 ribu.
Sementara di pasar tradisional Antang, harga gula cukup variatif antara Rp13 ribu-Rp14 ribu. Untuk harga beras kualitas sedang dijual dengan harga Rp6.700 per kg dan kualitas nomor satu dijual dengan harga Rp7.000 perkilogram.
Sementara itu, anggota Komisi C DPRD Sulsel, Amir Uskara mengatakan, untuk menjamin kestabilan harga dan ketersediaan barang jelang Ramadhan dan Idul Fitri, provinsi bersama pemerintah kabupaten/kota memang sudah harus membentuk tim yang setiap hari melakukan pemantauan harga termasuk pasar tradisional.
Disperindag juga, lanjutnya, harus menjalin komunikasi dengan otoritas pelabuhan agar memprioritaskan bongkar muat barang kebutuhan pokok. “Kalau ketersediaan cukup, stok banyak maka pedagang akan sulit berspekulasi,” katanya.
Meski demikian, jika terdapat komoditi yang melonjak drastis nantinya, Disperindag pun sudah harus siap melakukan operasi pasar dan pasar murah setelah berkoordinasi dengan distributor. Bahkan jika perlu Pemrov dapat menggunakan dana kontigensi (dana kejadian khusus) untuk mem-backup ketersediaan bahan pokok murah.
“Kontigensi itu ada di APBD. Memang ini dana untuk kejadian khusus, tapi saya kira Dewan akan menyetujui permintaan tersebut kalau sekiranya memang diperlukan,” tandas ketua PPP Sulsel ini.
(gpr)