Aksi Greenpeace dinilai merusak dunia usaha Indonesia
A
A
A
Sindonews.com - LSM Greeenpeace dan WWF dinilai hanya melakukan kampanye hitam (black campaign) untuk merusak dunia usaha di Indonesia seperti crude palm oil (CPO) dan industri pulp and paper.
Akibat kampanye hitam itu, harga CPO maupun industri pulp and paper Indonesia rusak di pasar Internasional. Hal ini terungkap dalam diskusi bersama Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Riau dan Dinas Perkebunan Riau.
"Ini yang kita lihat, LSM Greenpeace dan WWF hanya mencari-cari masalah tentang CPO kita yang tidak ramah lingkungan. Tapi lingkungan yang mana tidak disebutkan. Kalau benar, ayo kita berdialog kalau mereka memang benar, tetapi mereka tidak pernah mau. Jadi jangan hanya menuding saja" kata Kasi Pengembangan Usaha Dinas Perkebunan Riau, Sri Ambar Kusuma Kamis, (30/5/2013).
Dia mencurigai bahwa aksi Greenpeace di Indonesia khususnya terhadap kampanye tentang CPO di tunggangi pihak asing yang ingin merusak pasar ekspor CPO Indonesia. Contohnya, jika memang murni kampanye lingkungan, kenapa Greenpeace tidak melakukan aksi tambang Freeport di Papua yang jelas merusak lingkungan.
"Jadi kita pertanyakan apa LSM asing itu benar-benar melindungi dunia atau menjadi pihak untuk kepentingan asing. Sekarang tidak hanya isu lingkungan, tetapi isu minyak sawit kita mengandung zat yang tidak sehat sekarang juga dihembuskan, " katanya.
Akibatnya, kata dia, harga minyak CPO di pasar Internasional mengalami penurunan. "Tidak hanya perusahaan sawit saja yang menjadi korbannya, tetapi petani sawit juga merasakan dampak akibat kampanye negatif yang dihembuskan LSM asing," jelasnya.
Sementara, Gapki juga membantah kalau sektor kelapa sawit menyumbang emisi gas kaca. "Karena berdasarkan dari sejumlah sumber yang kita kutip, Intergovemtal Panel on Climate Change (IPCC) pada 2010 dan Internasional Energi Egency (IEE) dan sejumlah sumber lainnya, CPO kita bukan penyumbang gas 10 besar. Tetapi yang terbesar adalah China, Amarika, India, Rusia, Jepang, dan Jerman" jelas
Hal yang sama juga diungkapkan Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (AHPI). "Kampanye hitam oleh LSM asing membuat harga pulp and paper terus menurun. Kalau memang isu perusakan lingkungan, mari berdialog," kata Wakil Sekretaris APHI Komisariat Daerah Riau, Abdul Gaffar.
Akibat kampanye hitam itu, harga CPO maupun industri pulp and paper Indonesia rusak di pasar Internasional. Hal ini terungkap dalam diskusi bersama Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Riau dan Dinas Perkebunan Riau.
"Ini yang kita lihat, LSM Greenpeace dan WWF hanya mencari-cari masalah tentang CPO kita yang tidak ramah lingkungan. Tapi lingkungan yang mana tidak disebutkan. Kalau benar, ayo kita berdialog kalau mereka memang benar, tetapi mereka tidak pernah mau. Jadi jangan hanya menuding saja" kata Kasi Pengembangan Usaha Dinas Perkebunan Riau, Sri Ambar Kusuma Kamis, (30/5/2013).
Dia mencurigai bahwa aksi Greenpeace di Indonesia khususnya terhadap kampanye tentang CPO di tunggangi pihak asing yang ingin merusak pasar ekspor CPO Indonesia. Contohnya, jika memang murni kampanye lingkungan, kenapa Greenpeace tidak melakukan aksi tambang Freeport di Papua yang jelas merusak lingkungan.
"Jadi kita pertanyakan apa LSM asing itu benar-benar melindungi dunia atau menjadi pihak untuk kepentingan asing. Sekarang tidak hanya isu lingkungan, tetapi isu minyak sawit kita mengandung zat yang tidak sehat sekarang juga dihembuskan, " katanya.
Akibatnya, kata dia, harga minyak CPO di pasar Internasional mengalami penurunan. "Tidak hanya perusahaan sawit saja yang menjadi korbannya, tetapi petani sawit juga merasakan dampak akibat kampanye negatif yang dihembuskan LSM asing," jelasnya.
Sementara, Gapki juga membantah kalau sektor kelapa sawit menyumbang emisi gas kaca. "Karena berdasarkan dari sejumlah sumber yang kita kutip, Intergovemtal Panel on Climate Change (IPCC) pada 2010 dan Internasional Energi Egency (IEE) dan sejumlah sumber lainnya, CPO kita bukan penyumbang gas 10 besar. Tetapi yang terbesar adalah China, Amarika, India, Rusia, Jepang, dan Jerman" jelas
Hal yang sama juga diungkapkan Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (AHPI). "Kampanye hitam oleh LSM asing membuat harga pulp and paper terus menurun. Kalau memang isu perusakan lingkungan, mari berdialog," kata Wakil Sekretaris APHI Komisariat Daerah Riau, Abdul Gaffar.
(izz)