Sempat Cetak Rekor, Harga CPO Anjlok 8 Persen di Sesi Jumat Siang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) mengalami penurunan cukup signifikan pada perdagangan Jumat siang (4/3/2022). Berdasarkan data pasar Bursa Derivatif Malaysia hingga pukul 13:38 WIB, harga CPO kontrak Maret 2022 turun -8,72% di MYR 6.800 per ton.
Kontrak April 2022 merosot -8,11% di MYR 6.667 per ton, sedangkan kontrak paling aktif yakni Mei 2022 tertekan -7,44% di MYR 6.301 per ton. Reli yang tinggi dalam beberapa hari terakhir memicu profit-booking dan penjatahan permintaan oleh para investor dan pembeli.
Namun, dalam sepekan terakhir, harga CPO di Malaysia masih menguat rata-rata 5,6% di tengah kekhawatiran atas gangguan pasokan minyak bunga matahari dari wilayah Laut Hitam, menyusul agresi militer Rusia ke Ukraina.
Perkembangan ini membuat harga CPO membukukan kenaikan 11,45% secara mingguan dan naik 20,10% secara bulanan.
"Setelah reli saat ini, akhirnya harga mencoba menemukan titik terendahnya, yang pada akhirnya akan menghasilkan peluang beli kembali yang lebih baik," kata Direktur Pelindung Bestari, Paramalingam Supramaniam, yang berbasis di Selangor, dilansir Reuters, Jumat (4/3/2022).
Supramaniam mencermati, bahwa fundamental harga CPO masih menarik. "Ini karena stok akhir yang masih rendah dan ketersediaan minyak nabati yang lebih ketat di seluruh dunia," tambahnya.
Seperti diketahui, para pembeli minyak sawit terbesar dunia yakni China dan India memperlambat pengiriman impor mereka karena tingginya harga di pasaran. Analisa UOB, Kay Hian meyakini bahwa tekanan terhadap pasokan CPO masih akan memberi dampak dalam jangka pendek dan akan menopang harga pasar.
Namun, harga juga diperkirakan bisa melemah saat Indonesia meningkatkan ekspor yang memperbanyak pasokan minyak nabati pada paruh kedua tahun ini.
Melansir Reuters, harga minyak sawit mencapai rekor baru kemarin karena pembeli bergegas untuk mengamankan pengganti pengiriman minyak bunga matahari, minyak kedelai, dan minyak lobak yang telah terganggu oleh perang Rusia-Ukraina.
Tingginya harga CPO merupakan harga tertinggi di antara empat minyak nabati utama dan akan berdampak pada konsumen, mengingat minyak sawit digunakan dalam banyak produk kemasan. Mulai dari margarin, cokelat, hingga sampo dan lipstick.
Kontrak April 2022 merosot -8,11% di MYR 6.667 per ton, sedangkan kontrak paling aktif yakni Mei 2022 tertekan -7,44% di MYR 6.301 per ton. Reli yang tinggi dalam beberapa hari terakhir memicu profit-booking dan penjatahan permintaan oleh para investor dan pembeli.
Namun, dalam sepekan terakhir, harga CPO di Malaysia masih menguat rata-rata 5,6% di tengah kekhawatiran atas gangguan pasokan minyak bunga matahari dari wilayah Laut Hitam, menyusul agresi militer Rusia ke Ukraina.
Perkembangan ini membuat harga CPO membukukan kenaikan 11,45% secara mingguan dan naik 20,10% secara bulanan.
"Setelah reli saat ini, akhirnya harga mencoba menemukan titik terendahnya, yang pada akhirnya akan menghasilkan peluang beli kembali yang lebih baik," kata Direktur Pelindung Bestari, Paramalingam Supramaniam, yang berbasis di Selangor, dilansir Reuters, Jumat (4/3/2022).
Supramaniam mencermati, bahwa fundamental harga CPO masih menarik. "Ini karena stok akhir yang masih rendah dan ketersediaan minyak nabati yang lebih ketat di seluruh dunia," tambahnya.
Seperti diketahui, para pembeli minyak sawit terbesar dunia yakni China dan India memperlambat pengiriman impor mereka karena tingginya harga di pasaran. Analisa UOB, Kay Hian meyakini bahwa tekanan terhadap pasokan CPO masih akan memberi dampak dalam jangka pendek dan akan menopang harga pasar.
Namun, harga juga diperkirakan bisa melemah saat Indonesia meningkatkan ekspor yang memperbanyak pasokan minyak nabati pada paruh kedua tahun ini.
Melansir Reuters, harga minyak sawit mencapai rekor baru kemarin karena pembeli bergegas untuk mengamankan pengganti pengiriman minyak bunga matahari, minyak kedelai, dan minyak lobak yang telah terganggu oleh perang Rusia-Ukraina.
Tingginya harga CPO merupakan harga tertinggi di antara empat minyak nabati utama dan akan berdampak pada konsumen, mengingat minyak sawit digunakan dalam banyak produk kemasan. Mulai dari margarin, cokelat, hingga sampo dan lipstick.
(akr)