Disparitas harga minyak timbulkan banyak kerugian
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Keuangan (Menkeu), M Chatib Basri belum mengetahui berapa persen penurunan impor minyak apabila harga Bahan Bakar Minyak (BBM) naik.
Namun, kata dia, disparitas harga minyak terbukti memberikan beberapa kerugian. "Kalau itu harus tanya ke perdagangan. Tapi logikanya sederhana. Begini, salah satu yang mendorong impor migas kita besar itu adalah disparitas harga. Itu membuat barang bisa diselundupkan, dikonsumsinya lebih, tidak bisa lari ke substitusi energi lain, misalnya energi mix," ujarnya di gedung Kemenkeu, Jakarta, Jumat (31/5/2013).
Menurutnya, masyarakat tidak akan beralih ke energi alternatif seperti Bahan Bakar Gas (BBG) karena harga BBM-nya masih murah. Sehingga akan terjadi komsumsi yang berlebih dari kuota yang ditetapkan.
"Bagaimana orang mau pindah kepada energi yang lain kalau harga gas lainnya murah, ngapain saya pindah ke barang lain. Akibatnya terjadi over consumption," jelasnya.
Chatib juga menyebut tiga keuntungan ke depan, apabila dilakukan kenaikan harga BBM terhadap konsumsi BBM secara signifikan. Jika harganya dilakukan adjustment, maka yang pertama harga BBM menjadi lebih mahal, konsumsinya akan turun.
"Kedua, disparitas harga akan mengecil dan insentif bagi penyelundupannya menurun. Ketiga dengan harganya naik maka energi alternatif mungkin akan dikonsumsi orang. Jadi dari tiga hal itu maka penurunannya bisa cukup signifikan," pungkas dia.
Namun, kata dia, disparitas harga minyak terbukti memberikan beberapa kerugian. "Kalau itu harus tanya ke perdagangan. Tapi logikanya sederhana. Begini, salah satu yang mendorong impor migas kita besar itu adalah disparitas harga. Itu membuat barang bisa diselundupkan, dikonsumsinya lebih, tidak bisa lari ke substitusi energi lain, misalnya energi mix," ujarnya di gedung Kemenkeu, Jakarta, Jumat (31/5/2013).
Menurutnya, masyarakat tidak akan beralih ke energi alternatif seperti Bahan Bakar Gas (BBG) karena harga BBM-nya masih murah. Sehingga akan terjadi komsumsi yang berlebih dari kuota yang ditetapkan.
"Bagaimana orang mau pindah kepada energi yang lain kalau harga gas lainnya murah, ngapain saya pindah ke barang lain. Akibatnya terjadi over consumption," jelasnya.
Chatib juga menyebut tiga keuntungan ke depan, apabila dilakukan kenaikan harga BBM terhadap konsumsi BBM secara signifikan. Jika harganya dilakukan adjustment, maka yang pertama harga BBM menjadi lebih mahal, konsumsinya akan turun.
"Kedua, disparitas harga akan mengecil dan insentif bagi penyelundupannya menurun. Ketiga dengan harganya naik maka energi alternatif mungkin akan dikonsumsi orang. Jadi dari tiga hal itu maka penurunannya bisa cukup signifikan," pungkas dia.
(izz)