Ini sentimen negatif sebabkan rupiah tertekan
A
A
A
Sindonews.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) sepanjang pekan ini mengalami tekanan dan terperosok mendekati level 10.000 per USD.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada mengatakan bahwa terperosoknya mata uang domestik lantaran merespon positifnya data-data Amerika Serikat (AS), diantaranya kenaikan durable goods orders dan sentimen lainnya.
"Adanya komentra The Fed di pekan ini membuat rilis data positif memeberikan sentimen positif juga bagi USD, terutama rencana percepatan penarikan stimulus The Fed," kata dia dalam risetnya, Minggu (2/6/2013).
Di sisi lain, berita mundurnya jadwal pemberlakukan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) juga menjatuhkan mata uang lokal. Pasalnya, pelaku pasar melihat adanya ketidakpastian, sehingga lebih memilih melepas posisi.
"Dengan mundurnya rencana tersebut (kenaikan harga BBM), maka beban APBN yang ditanggung semakin berat dan dapat mempengaruhi laju trade balance maupun current account Indonesia," ujarnya.
Rupiah, Reza menambahkan, juga terkena sentimen negatif dari rilis pemangkasan prospek ekonomi China oleh The Fed, sehingga pelemahan yuan berimbas pada mata uang di sejumlah negara Asia PAsifik, termasuk rupiah.
Meski demikian, pelemahan rupiah pada perdagangan Jumat (31/5/2013) sempat terbatas setelah USD menurun menyusul naiknya imbal hasil obligasi Amerika Serikat untuk tenor 10 tahun.
Pada Jumat, Posisi rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada penutupan perdagangan Jumat (31/5/2013) naik 9 poin menjadi di Rp9.802 per USD dari hari sebelumnya yang berada di posisi Rp9.811 per USD.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada mengatakan bahwa terperosoknya mata uang domestik lantaran merespon positifnya data-data Amerika Serikat (AS), diantaranya kenaikan durable goods orders dan sentimen lainnya.
"Adanya komentra The Fed di pekan ini membuat rilis data positif memeberikan sentimen positif juga bagi USD, terutama rencana percepatan penarikan stimulus The Fed," kata dia dalam risetnya, Minggu (2/6/2013).
Di sisi lain, berita mundurnya jadwal pemberlakukan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) juga menjatuhkan mata uang lokal. Pasalnya, pelaku pasar melihat adanya ketidakpastian, sehingga lebih memilih melepas posisi.
"Dengan mundurnya rencana tersebut (kenaikan harga BBM), maka beban APBN yang ditanggung semakin berat dan dapat mempengaruhi laju trade balance maupun current account Indonesia," ujarnya.
Rupiah, Reza menambahkan, juga terkena sentimen negatif dari rilis pemangkasan prospek ekonomi China oleh The Fed, sehingga pelemahan yuan berimbas pada mata uang di sejumlah negara Asia PAsifik, termasuk rupiah.
Meski demikian, pelemahan rupiah pada perdagangan Jumat (31/5/2013) sempat terbatas setelah USD menurun menyusul naiknya imbal hasil obligasi Amerika Serikat untuk tenor 10 tahun.
Pada Jumat, Posisi rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada penutupan perdagangan Jumat (31/5/2013) naik 9 poin menjadi di Rp9.802 per USD dari hari sebelumnya yang berada di posisi Rp9.811 per USD.
(rna)