China balas selidiki dumping anggur Eropa
A
A
A
Sindonews.com - Kementerian Perdagangan China menyatakan, Beijing telah mulai melakukan penyelidikan anti-dumping terhadap anggur Eropa, setelah Uni Eropa memberlakukan tarif impor panel surya. Situasi ini memperluas sengketa perdagangan kedua belah pihak.
"Pemerintah China telah memulai prosedur penyelidikan anti-dumping dan anti-subsidi terhadap anggur dari Uni Eropa," kata juru bicara Kementerian Perdagangan China, Shen Danyang dalam pernyataannya, seperti dilansir dari Bangkok Post, Rabu (5/6/2013).
China adalah mitra dagang terbesar kedua Uni Eropa. Langkah ini merupakan pelebaran masalah utama pada sengketa peralatan panel surya, telekomunikasi, bahan kimia dan pipa seamless.
Tidak ada angka yang tersedia untuk total ekspor anggur Uni Eropa ke China. Namun, pemasok terbesar anggur pada 2012 adalah Prancis, dengan 140 juta liter, senilai USD788 juta.
Kemarin, Komisi Eropa memberlakukan bea anti-dumping atas impor panel surya China, menentang oposisi yang dipimpin Jerman dan peringatan dari Beijing.
Komisioner Perdagangan Uni Eropa, Karel De Gucht berdalih panel surya China dijual di bawah biaya pasar Eropa hingga 88 persen. Ini dinilai sebagai dumping yang merugikan industri panel surya Eropa.
Komisi akan memungut tarif rata-rata 11,8 persen, dan akan naik menjadi 47,6 persen pada 6 Agustus, tanpa melakukan negosiasi berdasarkan komitmen China untuk mengatasi masalah tersebut.
Shen menyatakan, China dengan tegas menentang langkah Uni Eropa. Tarif yang diberlakukan sebagai "pajak tidak adil terhadap China".
"Pemerintah China dan industri telah menunjukkan ketulusan yang besar dan membuat upaya dalam menyelesaikan masalah melalui dialog dan konsultasi. Kami berharap pihak Eropa akan menunjukkan ketulusan lebih lanjut, fleksibilitas dan menemukan solusi yang dapat diterima kedua belah pihak melalui konsultasi," ujarnya.
Shen menambahkan, sebagai mitra dagang terbesar kedua Uni Eropa, China bisa bergabung dalam upaya membantu menarik blok keluar dari resesi dengan kekuatan permintaan sangat besar.
"Tapi Uni Eropa terus menguji kesabaran dan keterbatasan China, situasi yang realistis bagi China untuk menerima. Proteksionisme di satu sisi pasti akan memicu proteksionisme di sisi lain," tegas Shen.
"Pemerintah China telah memulai prosedur penyelidikan anti-dumping dan anti-subsidi terhadap anggur dari Uni Eropa," kata juru bicara Kementerian Perdagangan China, Shen Danyang dalam pernyataannya, seperti dilansir dari Bangkok Post, Rabu (5/6/2013).
China adalah mitra dagang terbesar kedua Uni Eropa. Langkah ini merupakan pelebaran masalah utama pada sengketa peralatan panel surya, telekomunikasi, bahan kimia dan pipa seamless.
Tidak ada angka yang tersedia untuk total ekspor anggur Uni Eropa ke China. Namun, pemasok terbesar anggur pada 2012 adalah Prancis, dengan 140 juta liter, senilai USD788 juta.
Kemarin, Komisi Eropa memberlakukan bea anti-dumping atas impor panel surya China, menentang oposisi yang dipimpin Jerman dan peringatan dari Beijing.
Komisioner Perdagangan Uni Eropa, Karel De Gucht berdalih panel surya China dijual di bawah biaya pasar Eropa hingga 88 persen. Ini dinilai sebagai dumping yang merugikan industri panel surya Eropa.
Komisi akan memungut tarif rata-rata 11,8 persen, dan akan naik menjadi 47,6 persen pada 6 Agustus, tanpa melakukan negosiasi berdasarkan komitmen China untuk mengatasi masalah tersebut.
Shen menyatakan, China dengan tegas menentang langkah Uni Eropa. Tarif yang diberlakukan sebagai "pajak tidak adil terhadap China".
"Pemerintah China dan industri telah menunjukkan ketulusan yang besar dan membuat upaya dalam menyelesaikan masalah melalui dialog dan konsultasi. Kami berharap pihak Eropa akan menunjukkan ketulusan lebih lanjut, fleksibilitas dan menemukan solusi yang dapat diterima kedua belah pihak melalui konsultasi," ujarnya.
Shen menambahkan, sebagai mitra dagang terbesar kedua Uni Eropa, China bisa bergabung dalam upaya membantu menarik blok keluar dari resesi dengan kekuatan permintaan sangat besar.
"Tapi Uni Eropa terus menguji kesabaran dan keterbatasan China, situasi yang realistis bagi China untuk menerima. Proteksionisme di satu sisi pasti akan memicu proteksionisme di sisi lain," tegas Shen.
(dmd)