PPh nonmigas hingga Mei hanya capai Rp169,5 T
A
A
A
Sindonews.com - Dampak krisis ekonomi global sangat terasa ke penerimaan negara, terutama sektor pajak penghasilan (PPh) nonmigas. Dampak tersebut bahkan mengakibatkan realisasi penerimaan PPh jauh lebih kecil dibandingkan tahun lalu sehingga pertumbuhan PPh nonmigas pun negatif.
Data Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) menunjukkan penerimaan negara dari sektor PPh nonmigas per 31 Mei hanya mencapai Rp169,5 triliun. Realisasi tersebut lebih rendah Rp3,2 triliun dari realisasi pada Mei 2012 yang menyentuh Rp172,7 triliun.
Dengan demikian, dibandingkan Mei tahun lalu, pertumbuhan PPh nonmigas pada Mei 2013 adalah negatif 1,8 persen. Pertumbuhan negatif tersebut didorong oleh rendahnya penerimaan pada Mei 2013. Bila pada April 2013 penerimaan PPh masih Rp52,03 triliun maka pada Mei hanya sekira Rp26,5 triliun, atau turun sekitar 50 persen.
Direktur Jenderal Pajak Fuad Rahmany mengakui penurunan PPh non migas sangat besar. Fuad menjelaskan selama ini Indonesia mengandalkan penerimaan PPh non migas dari perusahaan-perusahaan besar yang berorientasi ekspor.
Perlambatan penerimaan dari Negara luar karena krisis global secara otomatis menekan pendapatan perusahaan tersebut. Sayangnya, Fuad mengatakan sulit bagi Indonesia untuk menggali PPh non migas dari sektor lain meskipun ada sektor lain yang tumbuh bagus.
“Kegiatan ekonomi dari sektor-sektor retail, perdagangan, dan informal lainnya yang tumbuh dengan baik tahun ini koleksi pajaknya dari sketor-sektor tersebut kurang optimal. Inilah penyebab anjloknya PPh non migas,”tutur Fuad melalui pesan singkatnya di Jakarta.
Fuad hanya berharap krisis ekonomi global sudah mulai pulih pada semester II tahun ini sehingga bisa memperbaiki penerimaan PPh non migas. “Mudah-mudahan semester II ini ada perbaikan penerimaan pajak meskipun masih diliputi ketidakpastian,” tukas dia.
Data Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) menunjukkan penerimaan negara dari sektor PPh nonmigas per 31 Mei hanya mencapai Rp169,5 triliun. Realisasi tersebut lebih rendah Rp3,2 triliun dari realisasi pada Mei 2012 yang menyentuh Rp172,7 triliun.
Dengan demikian, dibandingkan Mei tahun lalu, pertumbuhan PPh nonmigas pada Mei 2013 adalah negatif 1,8 persen. Pertumbuhan negatif tersebut didorong oleh rendahnya penerimaan pada Mei 2013. Bila pada April 2013 penerimaan PPh masih Rp52,03 triliun maka pada Mei hanya sekira Rp26,5 triliun, atau turun sekitar 50 persen.
Direktur Jenderal Pajak Fuad Rahmany mengakui penurunan PPh non migas sangat besar. Fuad menjelaskan selama ini Indonesia mengandalkan penerimaan PPh non migas dari perusahaan-perusahaan besar yang berorientasi ekspor.
Perlambatan penerimaan dari Negara luar karena krisis global secara otomatis menekan pendapatan perusahaan tersebut. Sayangnya, Fuad mengatakan sulit bagi Indonesia untuk menggali PPh non migas dari sektor lain meskipun ada sektor lain yang tumbuh bagus.
“Kegiatan ekonomi dari sektor-sektor retail, perdagangan, dan informal lainnya yang tumbuh dengan baik tahun ini koleksi pajaknya dari sketor-sektor tersebut kurang optimal. Inilah penyebab anjloknya PPh non migas,”tutur Fuad melalui pesan singkatnya di Jakarta.
Fuad hanya berharap krisis ekonomi global sudah mulai pulih pada semester II tahun ini sehingga bisa memperbaiki penerimaan PPh non migas. “Mudah-mudahan semester II ini ada perbaikan penerimaan pajak meskipun masih diliputi ketidakpastian,” tukas dia.
(gpr)