OPEC produksi minyak tertinggi dalam 6 bulan
A
A
A
Sindonews.com - Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengangkat produksi minyak mentah pada Mei 2013 ke level tertinggi dalam enam bulan. Mereka juga menjaga perkiraan permintaan tahun ini karena risiko terhadap ekonomi global.
OPEC meningkatkan produksi minyak sebanyak 106.000 barel per hari menjadi 30.570.000 pada bulan lalu. Permintaan minyak global diprediksi akan meningkat sebesar 780,000 barel per hari atau 0,9 persen pada tahun ini, untuk 89,7 juta per hari, sejalan dengan perkiraan laporan sebelumnya.
"Fundamental yang ada menggambarkan pasar dengan cukup banyak persediaan. Melihat semester kedua tahun ini, perekonomian dunia diharapkan mengalami pertumbuhan sedikit lebih tinggi. Namun, risiko miring ke sisi negatif," kata kartel minyak berbasis di Wina, Australia itu, seperti dilansir dari Bloomberg, Selasa (11/6/2013).
Konsumsi pada akhir kuartal kedua naik karena permintaan puncak musim panas di belahan bumi utara, dan penggunaan listrik yang lebih tinggi di Timur Tengah untuk pendingin udara.
Namun, stagnasi ekonomi di Eropa serta ancaman terhadap pemulihan di AS dan negara-negara lain muncul menahan pertumbuhan permintaan minyak.
OPEC meningkatkan produksi minyak sebanyak 106.000 barel per hari menjadi 30.570.000 pada bulan lalu. Permintaan minyak global diprediksi akan meningkat sebesar 780,000 barel per hari atau 0,9 persen pada tahun ini, untuk 89,7 juta per hari, sejalan dengan perkiraan laporan sebelumnya.
"Fundamental yang ada menggambarkan pasar dengan cukup banyak persediaan. Melihat semester kedua tahun ini, perekonomian dunia diharapkan mengalami pertumbuhan sedikit lebih tinggi. Namun, risiko miring ke sisi negatif," kata kartel minyak berbasis di Wina, Australia itu, seperti dilansir dari Bloomberg, Selasa (11/6/2013).
Konsumsi pada akhir kuartal kedua naik karena permintaan puncak musim panas di belahan bumi utara, dan penggunaan listrik yang lebih tinggi di Timur Tengah untuk pendingin udara.
Namun, stagnasi ekonomi di Eropa serta ancaman terhadap pemulihan di AS dan negara-negara lain muncul menahan pertumbuhan permintaan minyak.
(dmd)