Kurs rupiah dikhawatirkan picu defisit migas berkepanjangan
A
A
A
Sindonews.com - Merangkaknya kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) akan mempengaruhi perdagangan minyak dan gas (migas) serta bahan bakar minyak (BBM). Hal ini dikhawatirkan dapat mengakibatkan defisit migas makin berlarut-larut.
"Kalau ada kenaikan USD1 saja harga, walaupun dari segi produksi memang ada kenaikan, tapi dari impor itu lebih banyak lagi. Impor kita sekarang 350 ribu barel per hari untuk minyak mentah, terus 400 ribu untuk BBM. Jadi, total 750 barel per hari. Sedangkan produksi dalam negeri hanya 650 ribu barel per hari," uja rWakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo di Sekretariat Ikatan Alumni ITB, Jakarta, Rabu (12/6/2013) malam.
Dia mengaku telah membicarakan hal tersebut ke Menteri Perdagangan Gita Wirjawan bahwa apabila impor migas ditambah dengan naiknya rupiah terus terjadi, maka akan terjadi kenaikan defisit neraca perdagangan migas berkepanjangan.
"Jadi kalau yang diproduksi dalam negeri 650 ribu barel per hari, impor 750 ribu. Makanya saya bilang ke Mendag defisit perdagangan migas akan relatif terus karena memang kenaikannya terus," tambahnya.
Terkait beban subsidi apabila kurs rupiah terus naik, dia berharap agar kurs yang telah ditetapkan dalam RAPBNP sebesar Rp9.600 per USDS masih terus bergerak dan fluktuatif.
"Memang dalam RAPBNP itu kursnya Rp9.600 per dolar. Mudah-mudahan fluktuatif," imbuhnya. Tetapi Susilo menegaskan agar angka kurs tersebut tidak perlu direvisi kembali karena sudah ditetapkan secara resmi.
"Kalau ada kenaikan USD1 saja harga, walaupun dari segi produksi memang ada kenaikan, tapi dari impor itu lebih banyak lagi. Impor kita sekarang 350 ribu barel per hari untuk minyak mentah, terus 400 ribu untuk BBM. Jadi, total 750 barel per hari. Sedangkan produksi dalam negeri hanya 650 ribu barel per hari," uja rWakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo di Sekretariat Ikatan Alumni ITB, Jakarta, Rabu (12/6/2013) malam.
Dia mengaku telah membicarakan hal tersebut ke Menteri Perdagangan Gita Wirjawan bahwa apabila impor migas ditambah dengan naiknya rupiah terus terjadi, maka akan terjadi kenaikan defisit neraca perdagangan migas berkepanjangan.
"Jadi kalau yang diproduksi dalam negeri 650 ribu barel per hari, impor 750 ribu. Makanya saya bilang ke Mendag defisit perdagangan migas akan relatif terus karena memang kenaikannya terus," tambahnya.
Terkait beban subsidi apabila kurs rupiah terus naik, dia berharap agar kurs yang telah ditetapkan dalam RAPBNP sebesar Rp9.600 per USDS masih terus bergerak dan fluktuatif.
"Memang dalam RAPBNP itu kursnya Rp9.600 per dolar. Mudah-mudahan fluktuatif," imbuhnya. Tetapi Susilo menegaskan agar angka kurs tersebut tidak perlu direvisi kembali karena sudah ditetapkan secara resmi.
(rna)