Tingkat penyerapan elpiji 12 kg rendah
A
A
A
Sindonews.com - PT Pertamina (Persero) menyatakan bahwa tingkat penyerapan operasi pasar elpiji 12 kilogram (kg) di Jawa bagian Barat relatif rendah.
Vice President Corporate Pertamina, Ali Mundakir menuturkan bahwa dengan penyerapan rendah, maka elpiji 12 kg terutama di wilayah tersebut masih mencukupi kebutuhan masyarakat.
"Kenyataan ini menunjukan bahwa kebutuhan masyarakat selama ini telah tercukupi karena sifat komoditas elpiji sangat berbeda dibandingkan dengan komoditas bahan kebutuhan pokok, seperti beras atau minyak goreng," kata Ali dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (18/6/2013).
Menurut Ali, jika ada operasi pasar minyak goreng atau beras, biasanya tingkat penyerapan masyarakat masih tetap tinggi karena keduanya bisa disimpan. Namun berbeda dengan elpiji jika belum habis, maka masyarakat tidak akan membeli karena tidak ada tabung yang akan ditukarkan.
Dia berharap masyarakat untuk membeli di agen terdekat jika masih ada pengecer yang tetap menjual dengan harga tinggi. Ali meminta masyarakat untuk melaporkan pengecer nakal kepada Pertamina melalui kontak Pertamina 500000 (GSM: 021-500000) dan SMS ke 0815-9-500000 atau langsung kepada pihak berwajib.
"Pertamina akan meminta para Agen untuk tidak lagi melayani para penyalur/pengecer yang terbukti menjual dengan harga di luar kewajaran," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) Sofyano Zakaria menilai tingginya harga elpiji 12 kg disebabkan karena sejumlah agen nakal yang mencoba menyetok barang supaya naik mengikuti tren kenaikan harga BBM bersubsidi yang akan segera diputuskan pemerintah.
Dia berharap Pertamina memberikan sanksi kepada agen-agen nakal tersebut. "Pertamina bisa menjatuhkan sanksi kepada mereka," tandas dia.
Vice President Corporate Pertamina, Ali Mundakir menuturkan bahwa dengan penyerapan rendah, maka elpiji 12 kg terutama di wilayah tersebut masih mencukupi kebutuhan masyarakat.
"Kenyataan ini menunjukan bahwa kebutuhan masyarakat selama ini telah tercukupi karena sifat komoditas elpiji sangat berbeda dibandingkan dengan komoditas bahan kebutuhan pokok, seperti beras atau minyak goreng," kata Ali dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (18/6/2013).
Menurut Ali, jika ada operasi pasar minyak goreng atau beras, biasanya tingkat penyerapan masyarakat masih tetap tinggi karena keduanya bisa disimpan. Namun berbeda dengan elpiji jika belum habis, maka masyarakat tidak akan membeli karena tidak ada tabung yang akan ditukarkan.
Dia berharap masyarakat untuk membeli di agen terdekat jika masih ada pengecer yang tetap menjual dengan harga tinggi. Ali meminta masyarakat untuk melaporkan pengecer nakal kepada Pertamina melalui kontak Pertamina 500000 (GSM: 021-500000) dan SMS ke 0815-9-500000 atau langsung kepada pihak berwajib.
"Pertamina akan meminta para Agen untuk tidak lagi melayani para penyalur/pengecer yang terbukti menjual dengan harga di luar kewajaran," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) Sofyano Zakaria menilai tingginya harga elpiji 12 kg disebabkan karena sejumlah agen nakal yang mencoba menyetok barang supaya naik mengikuti tren kenaikan harga BBM bersubsidi yang akan segera diputuskan pemerintah.
Dia berharap Pertamina memberikan sanksi kepada agen-agen nakal tersebut. "Pertamina bisa menjatuhkan sanksi kepada mereka," tandas dia.
(rna)