Sopir angkot digarut naikkan tarif sepihak
A
A
A
Sindonews.com - Pengemudi angkutan kota (Angkot) di Kabupaten Garut mulai menaikan tarif baru secara sepihak pada para penumpangnya. Kenaikan tarif jasa angkutan yang diberlakukan setiap sopir angkot, rata-rata mencapai Rp1.000 dari biasanya.
"Kami sudah menanggung harga premiun Rp6.500 per liter sekarang. Bila masih menggunakan harga lama, pendapatan kami bisa berkurang," kata Agus Susanto (32), sopir angkot jurusan Terminal Guntur-Bayongbong, Senin (24/6/2013).
Menurut dia, keputusan menaikan biaya sebesar Rp1.000 tersebut dilakukan karena dirinya mesti mempertimbangkan beberapa pengeluaran dan pemasukan. Selain harga bahan bakar, biaya setoran mereka selaku sopir kepada pemilik mobil pun ikut bertambah.
"Itu menjadi alasan kenapa kami menaikan harga tarif sebelum ada keputusan dari pemerintah," ujarnya.
Biasanya, tarif angkutan dari Terminal Guntur menuju Kecamatan Bayongbong dan sebaliknya sebesar Rp4.000. Kini, tarif angkutan di trayek ini naik menjadi Rp5.000.
Hal yang sama diungkapkan sopir angkot lainnya, Didin (36). Menurut Didin, dampak lain dari kenaikan BBM yang mesti dipikirkan para sopir adalah mahalnya harga suku cadang mobil.
"Harga ban, harga shock breaker, dan lainnya sudah mulai naik. Kami bisa rugi bila tidak menaikan harga tarif," imbuhnya.
Meski belum diputuskan oleh pemerintah daerah, Organda Kabupaten Garut telah mengusulkan kenaikan tarif jasa angkutan sebesar 30 hingga 35 persen.
Ketua Organda Kabupaten Dayun Ridwan meminta agar pemerintah dapat segera melakukan pembahasan mengenai besaran tarif baru ini.
"Kenaikan itu merupakan hal yang wajar karena baik pengusaha angkutan atau pun sopir, mereka sama-sama dihadapkan situasi sulit. Mereka harus memikirkan berapa pendapatan per hari ditengah-tengah naiknya sejumlah pengeluaran. Belum lagi untuk kebutuhan sehari-hari keluarga mereka. Bila harga lama tetap diberlakukan, bisa banyak angkutan yang berhenti beroperasi karena gulung tikar," ungkapnya.
Adapun jumlah angkutan umum di Garut terdiri sebanyak 3.217 unit. Jumlah tersebut terdiri dari 1.030 unit angkot, 950 unit angkutan pedesaan (Angdes), 800 unit angkutan barang, 287 unit bus, 698 unit elf, dan 23 unit taksi.
"Kami sudah menanggung harga premiun Rp6.500 per liter sekarang. Bila masih menggunakan harga lama, pendapatan kami bisa berkurang," kata Agus Susanto (32), sopir angkot jurusan Terminal Guntur-Bayongbong, Senin (24/6/2013).
Menurut dia, keputusan menaikan biaya sebesar Rp1.000 tersebut dilakukan karena dirinya mesti mempertimbangkan beberapa pengeluaran dan pemasukan. Selain harga bahan bakar, biaya setoran mereka selaku sopir kepada pemilik mobil pun ikut bertambah.
"Itu menjadi alasan kenapa kami menaikan harga tarif sebelum ada keputusan dari pemerintah," ujarnya.
Biasanya, tarif angkutan dari Terminal Guntur menuju Kecamatan Bayongbong dan sebaliknya sebesar Rp4.000. Kini, tarif angkutan di trayek ini naik menjadi Rp5.000.
Hal yang sama diungkapkan sopir angkot lainnya, Didin (36). Menurut Didin, dampak lain dari kenaikan BBM yang mesti dipikirkan para sopir adalah mahalnya harga suku cadang mobil.
"Harga ban, harga shock breaker, dan lainnya sudah mulai naik. Kami bisa rugi bila tidak menaikan harga tarif," imbuhnya.
Meski belum diputuskan oleh pemerintah daerah, Organda Kabupaten Garut telah mengusulkan kenaikan tarif jasa angkutan sebesar 30 hingga 35 persen.
Ketua Organda Kabupaten Dayun Ridwan meminta agar pemerintah dapat segera melakukan pembahasan mengenai besaran tarif baru ini.
"Kenaikan itu merupakan hal yang wajar karena baik pengusaha angkutan atau pun sopir, mereka sama-sama dihadapkan situasi sulit. Mereka harus memikirkan berapa pendapatan per hari ditengah-tengah naiknya sejumlah pengeluaran. Belum lagi untuk kebutuhan sehari-hari keluarga mereka. Bila harga lama tetap diberlakukan, bisa banyak angkutan yang berhenti beroperasi karena gulung tikar," ungkapnya.
Adapun jumlah angkutan umum di Garut terdiri sebanyak 3.217 unit. Jumlah tersebut terdiri dari 1.030 unit angkot, 950 unit angkutan pedesaan (Angdes), 800 unit angkutan barang, 287 unit bus, 698 unit elf, dan 23 unit taksi.
(gpr)