Indeks berpotensi lebih stabil

Senin, 01 Juli 2013 - 09:35 WIB
Indeks berpotensi lebih stabil
Indeks berpotensi lebih stabil
A A A
Sindonews.com - Sesuai ekspektasi dan proyeksi yang pada kolom pekan lalu, sebagian besar indeks acuan dunia mengalami rebound signifikan.

Berlalunya sentimen dan berita negatif yang beredar seputar rencana Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) terkait rencana penarikan stimulus telah mendorong sebagian besar saham-saham ditransaksikan di bawah nilai wajarnya.

Hal lain yang mendorong rebound adalah spekulasi dari credit crunch di China. Namun demikian, penutupan positif secara mingguan yang dialami oleh bursa-bursa tersebut sepanjang pekan silam hanya bersifat sementara.

Masih ada anggapan bahwa dampak negatif mungkin saja muncul setelah diimplementasikannya pencabutan stimulus di Amerika Serikat (AS) pada September tahun ini.

Jika hal ini terjadi, diyakini akan jadikan alasan melakukan aksi ambil untung beberapa saham berkapitalisasi pasar besar. Pasalnya, dalam hitungan kasar sejumlah indikator perekonomian AS seperti tingkat pengangguran diprediksi melonjak di atas 8 persen. Demikian pula angka klaim pengangguran, indeks manufaktur dan kepercayaan konsumen yang diperkirakan kembali melemah.

Pada penutupan transaksi akhir pekan lalu, kendati ditutup negatif, indeks Dow Jones, S&P 500 dan Nasdaq tetap membukukan kenaikan year to date (YTD) masing-masing 13,78 persen, 12,63 persen dan 12,71 persen.

Pekan ini, beberapa data perekonomian yang akan dicermati investor, antara lain indeks manufaktur, penjualan mobil, aplikasi mortgage, klaim pengangguran dan laporan tingkat pengangguran serta penciptaan lapangan kerja.

Dari pasar Eropa, kondisi yang terjadi tidak jauh berbeda. Sebagian besar indeks utama pada wilayah tersebut ditutup pada teritori merah dan cenderung mengadopsi kondisi serta sentimen AS. Sedangkan, pergerakan harga komoditas dunia, seperti minyak mentah masih mengalami tekanan dan ditransaksikan sedikit lebih rendah dari sesi sebelumnya.

Sebaliknya, harga emas cenderung mengalami penguatan. Nilai spot naik dan tercatat sebesar USD1.226 atau 2,2 persen lebih tinggi dibandingkan penutupan terendahnya di level USD1.180 per troy ounce.

Sementara itu, dari pasar Asia Pasifik, indeks Nikkei masih melanjutkan reli meski di bursa acuan lainnya cenderung melemah. Kondisi ini dipicu laporan beberapa data ekonomi yang tercatat positif dan lebih baik dari perkiraan rata rata analis.

Selama tiga bulan terakhir, Nikkei tercatat menguat lebih dari 10 persen, sedangkan Kospi, Hang Seng dan bursa di China masih mengalami kesulitan untuk mencapai level tertingginya seperti pernah dicapai beberapa waktu lalu.

Terlepas dari hal tersebut, pernyataan atas keputusan The Fed yang tidak akan menarik stimulusnya dalam waktu dekat telah mendorong keyakinan dan menyebabkan indeks utama di wilayah tersebut ditutup positif pada Jumat lalu.

Angka tingkat pengangguran dan produksi industri yang lebih baik dari periode sebelumnya serta harga konsumen yang cenderung menguat telah mendorong indeks Nikkei menjadi bursa yang membukukan kenaikan tertinggi selama April hingga Juni.

Sedangkan pasar di China justru menjadi bursa dengan nilai pelemahan tertingginya sebagai akibat kekhawatiran atas spekulasi krisis kredit dan pelemahan aktivitas perekonomian yang dapat terjadi.

Pekan ini, investor diprediksi cenderung akan mengambil sikap hati-hati. Jeda waktu hingga bulan periode akhir kuartal III atau awal kuartal IV, di mana The Fed akan menarik stimulusnya, masih akan dimanfaatkan oleh pelaku pasar untuk mencoba peruntungannya.

Nilai pasar wajar beberapa emiten yang telah mengalami penurunan pascatekanan tinggi yang terjadi sebelumnya, masih akan dicermati oleh sebagian investor. Hal ini berpotensi berujung pada aksi beli selektif beberapa saham di sektor perbankan atau yang berkorelasi kuat dengan pergerakan nilai tukar serta harga komoditas penting dunia.

Dari pasar dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencatat penguatan sebesar 6,72 persen selama sepekan silam, sedangkan secara YTD indeks menguat lebih dari 10,87 persen.

Pekan ini, potensi pergerakan IHSG diperkirakan berada pada rentang 4.712,89 hingga 4.835,21. Adapun, fokus investor sepertinya akan tertuju pada sejumlah emiten yang akan diuntungkan akibat efek musiman, yakni bulan puasa dan Lebaran.

Adapun saham-saham yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pada pekan ini utamanya berasal dari sektor konsumsi, ritel dan telekomunikasi. Cermati saham-saham seperti ASII, BBRI, BMRI, MAPI, RALS, TLKM, ICBP, MYOR, ROTI dan ACES.

AKHMAD NURCAHYADI
Research Analyst AmCapital Indonesia
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5660 seconds (0.1#10.140)