Pemerintah serius garap pengolahan sorgum di NTT

Kamis, 04 Juli 2013 - 13:40 WIB
Pemerintah serius garap...
Pemerintah serius garap pengolahan sorgum di NTT
A A A
Sindonews.com - Sebagai upaya menyediakan sumber energi baru terbarukan, pemerintah tengah serius menggarap proyek percontohan penanaman dan pengolahan tanaman sorgum di kawasan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Tanaman sorgum yang ditanam di atas lahan seluas 200 hektar (ha) ini akan diolah menjadi bioetanol yang sedianya dapat memenuhi kebutuhan energi harian sebanyak 1.000 rumah tangga.

"Hasilnya bisa untuk bahan bakar kompor di sana, 1.000 rumah dari 200 hektar, jadi tidak perlu mendatangkan minyak tanah dan tidak menebang untuk memasak dan ini menjadikan lingkungan lebih baik lagi," kata Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan di sekolah PGRI 11 Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (4/7/2013).

Bila proyek percontohan ini berhasil, lanjut Dahlan, maka langkah tersebut dapat menjadi pionir pengolahan bioetanol dari tanaman sorgum, sehingga dapat memenuhi kebutuhan energi harian rumah tangga di kawasan pelosok Indonesia timur.

Dengan demikian, cita-cita pemerataan pembangunan, bisa jadi bukan impian lagi. "Ini kalau berhasil, betul-betul akan jadi pioner yang sangat baik. Orientasinya ke timur kena semua, perbatasan," tegasnya.

Dahlan menambahkan, selain mampu menjadi penghasil bioetanol, tumbuhan sorgum juga bisa diolah sebagai bahan pemanis makanan dan ampas sisa pengolahannya bisa dijadikan pakan ternak.

Diakui Dahlan, tanaman sorgum ini punya keunggulan, yakni cara tanam yang mudah serta masa panen yang relatif lebih singkat.

"Tumbuhan sorgum dapat dipanen dalam waktu tiga bulan terhitung saat masa penanaman. Jadi, tiga bulan lagi kelihatan, tiga kali tanpa harus tanam, setelah panen dipotong nanti tumbuh sendiri sampai tiga kali," tambahnya.

Sebagai upaya pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan pula, penanaman tumbuhan sorgum di NTT yang semula dilakukan oleh BUMN di atas lahan milik warga NTT, di masa depan akan sepenuhnya diserahkan pengolahannya dan penanamannya kepada warga setempat, sehingga bisa menjadi satu lapangan pekerjaan baru yang potensial.

"Yang nanam BUMN, tanahnya milik warga. Tapi jika berhasil, nanti biar warga yang mengambil alih sepenuhnya pengelolaannya," tandasnya.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6165 seconds (0.1#10.140)