Pertumbuhan ekonomi China mengkhawatirkan
A
A
A
Sindonews.com - Surplus perdagangan China yang mengalami penurunan 14 persen pada Juni 2013, menjadi peringatan bagi kesehatan ekonomi negara terbesar kedua di dunia itu. Kondisi tersebut mengkhawatirkan karena manufaktur dan aktivitas ekonomi lainnya juga memburuk.
Ekonom dari Bank ANZ memperingatkan China tidak akan mencapai target pertumbuhan 8 persen pada perdagangan tahun ini - setelah gagal memberikan keuntungan 10 persen yang ditargetkan 2012 - jika pelemahan terus berlanjut.
"Hal tersebut tidak hanya akan membawa risiko pada penurunan pertumbuhan PDB tahun ini, tetapi juga menempatkan tekanan berat pada tenaga kerja," kata Liu Ligang dan Zhou Hao, ekonom Bank ANZ dalam catatan penelitiannya, seperti dilansir dari AFP, Rabu (10/7/2013).
Kantor Bea Cukai China melaporkan, ekspor turun 3,1 persen menjadi USD174,32 miliar dan impor merosot 0,7 persen menjadi USD147,19 miliar, meninggalkan surplus perdagangan sebesar USD27,13 miliar.
Sementara rata-rata harapan 20 ekonom yang disurvei Dow Jones Newswires memperkirakan kenaikan 3,3 persen dalam ekspor dan impor naik 5,5 persen.
"Saat ini perdagangan luar negeri China sedang menghadapi tantangan serius," kata juru bicara Bea Cukai China, Zheng Yuesheng, menanggapi situasi tersebut.
Menurut Zheng, permintaan luar negeri yang lesu sebagai penyebab utama, diikuti kenaikan harga ekspor dalam mata uang asing, biaya tenaga kerja, dan lingkungan perdagangan memburuk karena meningkatnya sengketa perdagangan (dengan Uni Eropa).
Seperti diketahui, ekonomi China tumbuh 7,8 persen pada 2012, sebagai kinerja terburuk dalam 13 tahun, di belakang permintaan slack untuk ekspor dan pelemahan di pasar domestik. Tiga bulan pertama tahun ini ekspansi hanya 7,7 persen. Di mana pemerintah China telah menetapkan target pertumbuhan 2013 sebesar 7,5 persen, sama seperti tahun lalu.
Ekonom dari Bank ANZ memperingatkan China tidak akan mencapai target pertumbuhan 8 persen pada perdagangan tahun ini - setelah gagal memberikan keuntungan 10 persen yang ditargetkan 2012 - jika pelemahan terus berlanjut.
"Hal tersebut tidak hanya akan membawa risiko pada penurunan pertumbuhan PDB tahun ini, tetapi juga menempatkan tekanan berat pada tenaga kerja," kata Liu Ligang dan Zhou Hao, ekonom Bank ANZ dalam catatan penelitiannya, seperti dilansir dari AFP, Rabu (10/7/2013).
Kantor Bea Cukai China melaporkan, ekspor turun 3,1 persen menjadi USD174,32 miliar dan impor merosot 0,7 persen menjadi USD147,19 miliar, meninggalkan surplus perdagangan sebesar USD27,13 miliar.
Sementara rata-rata harapan 20 ekonom yang disurvei Dow Jones Newswires memperkirakan kenaikan 3,3 persen dalam ekspor dan impor naik 5,5 persen.
"Saat ini perdagangan luar negeri China sedang menghadapi tantangan serius," kata juru bicara Bea Cukai China, Zheng Yuesheng, menanggapi situasi tersebut.
Menurut Zheng, permintaan luar negeri yang lesu sebagai penyebab utama, diikuti kenaikan harga ekspor dalam mata uang asing, biaya tenaga kerja, dan lingkungan perdagangan memburuk karena meningkatnya sengketa perdagangan (dengan Uni Eropa).
Seperti diketahui, ekonomi China tumbuh 7,8 persen pada 2012, sebagai kinerja terburuk dalam 13 tahun, di belakang permintaan slack untuk ekspor dan pelemahan di pasar domestik. Tiga bulan pertama tahun ini ekspansi hanya 7,7 persen. Di mana pemerintah China telah menetapkan target pertumbuhan 2013 sebesar 7,5 persen, sama seperti tahun lalu.
(dmd)