BI Rate terlalu tinggi, IHSG cenderung bearish
A
A
A
Sindonews.com - Kepala Riset MNC Securities, Edwin Sebayang menilai, kenaikan suku bunga (BI Rate) yang terlalu besar dalam satu kali kebijakan, telah membuat market untuk sementara waktu menjadi bearish bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Hal ini, menurut Edwin, lantaran kenaikan BI Rate tersebut terlalu besar bila dibanding ekspektasi investor yang hanya 25 basis point (BP). "BI Rate 50 BP terlalu tinggi. Karena ekspektasi pelaku pasar diharapkan BI Rate naik hanya 25 BP. Ini membuat market untuk sementara waktu menjadi bearish bagi IHSG," kata Edwin, Kamis (11/7/2013).
Langkah yang ditempuh otoritas Bank Indonesia tersebut, lanjut Edwin, mencerminkan bagaimana derasnya penurunan cadangan devisa tanah air.
"Mencermati inflasi bulan Juli dan kenaikan BI Rate ini, secara implisit mencerminkan kepanikan dari Bank Indonesia menghadapi tekanan rupiah dan derasnya penurunan cadangan devisa," tegas dia.
Diberitakan sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan tingkat suku bunga (BI Rate) sebesar 50 basis poin menjadi 6,5 persen.
"RDG tanggal 11 Juli memutuskan menaikkan BI Rate 50 basis poin menjadi 6,5 persen dengan fasbi rate naik 50 basis poin 4,75 persen, dan lending facility masih sebesar 6,75 persen," kata Gubernur BI, Agus Martowardojo di gedung BI, Jakarta, Kamis (11/7/2013).
Agus mengungkapkan, kebijakan ini diambil BI karena angka inflasi meningkat dan diharapkan dapat dikembalikan ke lintasan aslinya. "Kebijakan ini ditempuh karena inflasi meningkat dapat dikembalikan lintasan sasarannya Agar momentum ekonomi terjaga dan lebih sehat," jelasnya.
Hal ini, menurut Edwin, lantaran kenaikan BI Rate tersebut terlalu besar bila dibanding ekspektasi investor yang hanya 25 basis point (BP). "BI Rate 50 BP terlalu tinggi. Karena ekspektasi pelaku pasar diharapkan BI Rate naik hanya 25 BP. Ini membuat market untuk sementara waktu menjadi bearish bagi IHSG," kata Edwin, Kamis (11/7/2013).
Langkah yang ditempuh otoritas Bank Indonesia tersebut, lanjut Edwin, mencerminkan bagaimana derasnya penurunan cadangan devisa tanah air.
"Mencermati inflasi bulan Juli dan kenaikan BI Rate ini, secara implisit mencerminkan kepanikan dari Bank Indonesia menghadapi tekanan rupiah dan derasnya penurunan cadangan devisa," tegas dia.
Diberitakan sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan tingkat suku bunga (BI Rate) sebesar 50 basis poin menjadi 6,5 persen.
"RDG tanggal 11 Juli memutuskan menaikkan BI Rate 50 basis poin menjadi 6,5 persen dengan fasbi rate naik 50 basis poin 4,75 persen, dan lending facility masih sebesar 6,75 persen," kata Gubernur BI, Agus Martowardojo di gedung BI, Jakarta, Kamis (11/7/2013).
Agus mengungkapkan, kebijakan ini diambil BI karena angka inflasi meningkat dan diharapkan dapat dikembalikan ke lintasan aslinya. "Kebijakan ini ditempuh karena inflasi meningkat dapat dikembalikan lintasan sasarannya Agar momentum ekonomi terjaga dan lebih sehat," jelasnya.
(gpr)