IHSG diwarnai aksi ambil untung
A
A
A
Sindonews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini akan diwarnai aksi ambil untung (profit taking) pasca penguatan tajam yang terjadi pada perdagangan kemarin stelah hampir sepekan ini IHSG bergerak sangat volatile.
"Hari ini, kami proyeksikan IHSG akan bergerak mixed dibayangi aksi ambil untung atas kenaikan tinggi yang terjadi di pasar beberapa hari terakhir," " kata Riset Analis PT Panin Sekuritas, Purwoko Sartono, Jumat (12/7/2013).
Dia memperkirakan, IHSG akan bergerak pada kisaran support-resistance 4.550-4.630. Sementara IHSG kemarin ditutup menguat tajam didorong oleh sentimen positif dari Amerika Serikat (AS).
The Fed menyatakan walau kemungkinan besar stimulus akan mulai diperlambat pada tahun ini tetapi the Fed masih akan menunggu perkembangan yang lebih positif dari data tenaga kerja sebelum mengurangi stimulus. Tetapi setelah rilis FOMC, Bernanke mengatakan kebijakan monetari masih dibutuhkan pada saat ini.
Data ekspor China Juni menunjukan penurunan sebesar 3,1 persen, lebih buruk dari konsensus yang memperkirakan pertumbuhan 3,7 persen. Data yang buruk ini menimbulkan spekulasi akan adanya kebijakan stimulus untuk mendorong ekspor China.
Dari dalam negeri, langkah BI menaikkan BI rate sebesar 50 basis poin tampaknya juga sudah tercermin pada anjloknya indeks beberapa waktu yang lalu.
"Di sisi lain, tekanan kami lihat mulai muncul pada saham sektor properti seiring dengan kebijakan baru BI terkait KPR untuk rumah kedua dan ketiga," tutup dia.
"Hari ini, kami proyeksikan IHSG akan bergerak mixed dibayangi aksi ambil untung atas kenaikan tinggi yang terjadi di pasar beberapa hari terakhir," " kata Riset Analis PT Panin Sekuritas, Purwoko Sartono, Jumat (12/7/2013).
Dia memperkirakan, IHSG akan bergerak pada kisaran support-resistance 4.550-4.630. Sementara IHSG kemarin ditutup menguat tajam didorong oleh sentimen positif dari Amerika Serikat (AS).
The Fed menyatakan walau kemungkinan besar stimulus akan mulai diperlambat pada tahun ini tetapi the Fed masih akan menunggu perkembangan yang lebih positif dari data tenaga kerja sebelum mengurangi stimulus. Tetapi setelah rilis FOMC, Bernanke mengatakan kebijakan monetari masih dibutuhkan pada saat ini.
Data ekspor China Juni menunjukan penurunan sebesar 3,1 persen, lebih buruk dari konsensus yang memperkirakan pertumbuhan 3,7 persen. Data yang buruk ini menimbulkan spekulasi akan adanya kebijakan stimulus untuk mendorong ekspor China.
Dari dalam negeri, langkah BI menaikkan BI rate sebesar 50 basis poin tampaknya juga sudah tercermin pada anjloknya indeks beberapa waktu yang lalu.
"Di sisi lain, tekanan kami lihat mulai muncul pada saham sektor properti seiring dengan kebijakan baru BI terkait KPR untuk rumah kedua dan ketiga," tutup dia.
(rna)