Harga minyak di perdagangan Asia turun
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia pada hari pertama pekan ini turun. Menurut analis, hal tersebut karena pasar kecewa terhadap data ekonomi China yang menunjukkan pelemahan pada kuartal April-Juni (Q2) 2013, seperti perkiraan.
Kontrak utama New York, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus, turun sembilan sen menjadi USD105,86 per barel pada perdagangan pagi. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Agustus, turun satu sen menjadi USD108,80.
Kerugian sebelumnya dipersempit berita dari Beijing, yang menunjukkan produk domestik bruto (PDB) berkembang 7,5 persen pada kuartal kedua, lebih lambat dari 7,7 persen dalam tiga bulan sebelumnya (Biro Statistik Nasional China).
Perlambatan terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran atas kesehatan raksasa ekonomi Asia itu, yang merupakan penggerak penting pertumbuhan global.
Kelly Teoh, ahli strategi pasar IG Markets, Singapura mengatakan, fakta angka itu sesuai dengan perkiraan yang memberikan dukungan untuk harga minyak mentah. "Hal utama adalah tidak meleset dari perkiraan," ujarnya, seperti dilansir dari AFP, Senin (15/7/2013).
Beijing juga meluncurkan angka yang menunjukkan kenaikan upah, yang dinilai Teoh, sejalan dengan upaya Beijing mendorong konsumsi domestik sebagai penggerak ekonomi untuk mengisi kekosongan perlambatan ekspor.
Dia juga menunjuk kenaikan penjualan ritel 13,3 persen year-on-year (yoy) sebagai tanda positif bagi permintaan domestik.
Kontrak utama New York, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus, turun sembilan sen menjadi USD105,86 per barel pada perdagangan pagi. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Agustus, turun satu sen menjadi USD108,80.
Kerugian sebelumnya dipersempit berita dari Beijing, yang menunjukkan produk domestik bruto (PDB) berkembang 7,5 persen pada kuartal kedua, lebih lambat dari 7,7 persen dalam tiga bulan sebelumnya (Biro Statistik Nasional China).
Perlambatan terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran atas kesehatan raksasa ekonomi Asia itu, yang merupakan penggerak penting pertumbuhan global.
Kelly Teoh, ahli strategi pasar IG Markets, Singapura mengatakan, fakta angka itu sesuai dengan perkiraan yang memberikan dukungan untuk harga minyak mentah. "Hal utama adalah tidak meleset dari perkiraan," ujarnya, seperti dilansir dari AFP, Senin (15/7/2013).
Beijing juga meluncurkan angka yang menunjukkan kenaikan upah, yang dinilai Teoh, sejalan dengan upaya Beijing mendorong konsumsi domestik sebagai penggerak ekonomi untuk mengisi kekosongan perlambatan ekspor.
Dia juga menunjuk kenaikan penjualan ritel 13,3 persen year-on-year (yoy) sebagai tanda positif bagi permintaan domestik.
(dmd)