Harga minyak di perdagangan Asia menguat
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia hari ini menguat, karena investor mengantisipasi penurunan persediaan minyak mentah AS untuk pekan ketiga berturut-turut, memperbarui harapan permintaan akan kembali bangkit.
Kontrak utama New York, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) light sweet untuk pengiriman Agustus, naik delapan sen menjadi USD106,40 per barel pada perdagangan pagi. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus, naik tujuh sen menjadi USD109,16.
"Investor berpikir ada potensi stok minyak mentah AS kembali mencelup lebih lanjut, yang menempatkan tekanan pada harga," kata Jason Hughes, kepala penjualan perdagangan CMC Markets, Singapura, seperti dilansir dari AFP, Selasa (16/7/2013).
Menurut data Administrasi Informasi Energi (EIA), persediaan minyak di Amerika telah jatuh lebih dari 20 juta barel selama dua pekan terakhir.
Penarikan cepat dalam stok minyak mentah AS muncul di tengah musim mengemudi negara tersebut, di mana warga AS turun ke jalan untuk liburan musim panas tahunan mereka.
EIA akan merilis data resmi persediaan minyak mentah selama sepekan sampai 12 Juli, pada Rabu (17/7/2013) waktu setempat.
Hughes menyebutkan, keuntungan sentimen optimis terhadap permintaan minyak mentah di AS, telah dibatasi dolar yang lebih kuat dan kekhawatiran bank sentral AS akan segera melancipkan langkah-langkah stimulus ekonomi.
Minyak yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain yang lebih lemah jika greenback menguat, mengurangi permintaan dan menempatkan tekanan pada harga.
Kontrak utama New York, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) light sweet untuk pengiriman Agustus, naik delapan sen menjadi USD106,40 per barel pada perdagangan pagi. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus, naik tujuh sen menjadi USD109,16.
"Investor berpikir ada potensi stok minyak mentah AS kembali mencelup lebih lanjut, yang menempatkan tekanan pada harga," kata Jason Hughes, kepala penjualan perdagangan CMC Markets, Singapura, seperti dilansir dari AFP, Selasa (16/7/2013).
Menurut data Administrasi Informasi Energi (EIA), persediaan minyak di Amerika telah jatuh lebih dari 20 juta barel selama dua pekan terakhir.
Penarikan cepat dalam stok minyak mentah AS muncul di tengah musim mengemudi negara tersebut, di mana warga AS turun ke jalan untuk liburan musim panas tahunan mereka.
EIA akan merilis data resmi persediaan minyak mentah selama sepekan sampai 12 Juli, pada Rabu (17/7/2013) waktu setempat.
Hughes menyebutkan, keuntungan sentimen optimis terhadap permintaan minyak mentah di AS, telah dibatasi dolar yang lebih kuat dan kekhawatiran bank sentral AS akan segera melancipkan langkah-langkah stimulus ekonomi.
Minyak yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain yang lebih lemah jika greenback menguat, mengurangi permintaan dan menempatkan tekanan pada harga.
(dmd)