SMGR diuntungkan pelemahan rupiah
A
A
A
Sindonews.com - PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mengaku, pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) tidak berpengaruh terhadap ekspor produk perseroan, baik semen maupun clinker.
Direktur Utama Semen Indonesia, Dwi Soetjipto mengatakan, pelemahan rupiah justru memberikan keuntungan bagi perusahaan.
"Melemahnya rupiah justru menguntungkan karena biaya produksi kami kan memakai rupiah. Dengan mengekspor produk ke luar negeri, kami dapat dolar, sedangkan dolar lagi naik saat ini. Jadi, kita dapat rupiah lebih banyak, sehingga lebih menguntungkan," kata Dwi di The East Building, Jakarta, Senin (16/7/2013) malam.
Di sisi lain, Dwi menambahkan, pelemahan rupiah ini tidak selamanya menguntungkan. Perseroan tetap merasakan pengaruhnya kendati tidak signifikan. Dwi menggatakan, pengaruhnya lebih terhadap impor bahan pendukung yang dibutuhkan perseroan.
"Pengaruhya tidak signifikan, paling tidak sampai 10 persen. Pengarunya ke barang impor, seperti sparepart mesin rakitan," tutup Dwi.
Kemarin, rupiah ditutup tembus Rp10.000 per USD. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada penutupan perdagangan Senin (15/7/2013), rupiah melemahdari Rp9.980 per USD pada Jumat (12/7/2013) menjadi Rp10.024 per USD.
Sementara data Bloomberg mencatat bahwa kurs rupiah sore kemarin mencapai level Rp10.074 per USD, terdepresiasi sebesar 83 poin dibanding akhir pekan lalu di posisi Rp9.991 per USD. Sedangkan pagi ini, rupiah berada di Rp10.039 per USD.
Direktur Utama Semen Indonesia, Dwi Soetjipto mengatakan, pelemahan rupiah justru memberikan keuntungan bagi perusahaan.
"Melemahnya rupiah justru menguntungkan karena biaya produksi kami kan memakai rupiah. Dengan mengekspor produk ke luar negeri, kami dapat dolar, sedangkan dolar lagi naik saat ini. Jadi, kita dapat rupiah lebih banyak, sehingga lebih menguntungkan," kata Dwi di The East Building, Jakarta, Senin (16/7/2013) malam.
Di sisi lain, Dwi menambahkan, pelemahan rupiah ini tidak selamanya menguntungkan. Perseroan tetap merasakan pengaruhnya kendati tidak signifikan. Dwi menggatakan, pengaruhnya lebih terhadap impor bahan pendukung yang dibutuhkan perseroan.
"Pengaruhya tidak signifikan, paling tidak sampai 10 persen. Pengarunya ke barang impor, seperti sparepart mesin rakitan," tutup Dwi.
Kemarin, rupiah ditutup tembus Rp10.000 per USD. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada penutupan perdagangan Senin (15/7/2013), rupiah melemahdari Rp9.980 per USD pada Jumat (12/7/2013) menjadi Rp10.024 per USD.
Sementara data Bloomberg mencatat bahwa kurs rupiah sore kemarin mencapai level Rp10.074 per USD, terdepresiasi sebesar 83 poin dibanding akhir pekan lalu di posisi Rp9.991 per USD. Sedangkan pagi ini, rupiah berada di Rp10.039 per USD.
(rna)