Investasi asing langsung China semester I naik 4,9%
A
A
A
Sindonews.com - Investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) China pada paruh pertama 2013 year-on-year (yoy) naik 4,9 persen, meski pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia itu melambat.
Kementerian Perdagangan China melaporkan, outbound investasi dari China melompat 29,0 persen menjadi USD45,6 miliar, dengan peningkatan terbesar di AS dan Australia.
Sementara FDI masuk, tidak termasuk sektor keuangan, meningkat menjadi USD62,0 miliar dari Januari sampai Juni. Khusus untuk Juni, naik 20,1 persen yoy menjadi USD14,4 miliar.
"Investasi dari Jepang, Uni Eropa dan AS mempertahankan pertumbuhan yang cepat," kata juru bicara kementerian, Shen Danyang, seperti dilansir dari AFP, Rabu (17/7/2013).
Jepang menginvestasikan USD4,7 miliar pada periode enam bulan, naik 14,4 persen, dengan investasi dari Uni Eropa 14,7 persen lebih tinggi pada USD4,0 miliar dan dari Amerika Serikat naik 12,3 persen menjadi USD1,8 miliar.
Sebagian besar investasi FDI ke China berasal dari kelompok 10 negara Asia dan wilayah termasuk Hong Kong, Taiwan, Jepang dan Singapura. Arus masuk dari negara tersebut naik 5,3 persen pada tahun ke USD53,8 miliar selama enam bulan pertama.
Investasi yang masuk jatuh pada 2012 untuk pertama kalinya dalam tiga tahun akibat kemendungan ekonomi global (seperti di Eropa), perlambatan ekonomi di dalam negeri dan ketegangan politik dengan Jepang.
"Ini terlalu dini datang ke kesimpulan FDI telah pulih, dengan data satu bulan pada Juni. Tapi, kami melihat FDI relatif stabil di babak pertama dan secara bertahap pulih," ujar Shen.
"Kami berharap FDI mempertahankan pertumbuhan yang stabil pada semester kedua tahun ini," tambahnya.
Perekonomian China tumbuh pada kecepatan paling lambat dalam 13 tahun pada 2012 karena produk domestik bruto (PDB) diperluas 7,8 persen. Pada semester pertama tahun ini pertumbuhan menyelinap lagi menjadi 7,6 persen, dan pada kuartal kedua melambat 7,5 persen.
Investasi luar negeri meningkat secara signifikan pada periode tersebut, dengan uang mengalir ke Amerika Serikat hampir empat kali lipat, melompat 290 persen yoy.
Demikian pula ke Australia naik 93 persen, dan investasi ke Uni Eropa meningkat 50 persen. Namun, investasi ke Jepang turun 9,1 persen akibat sengketa perebutan pulau.
Kementerian Perdagangan China melaporkan, outbound investasi dari China melompat 29,0 persen menjadi USD45,6 miliar, dengan peningkatan terbesar di AS dan Australia.
Sementara FDI masuk, tidak termasuk sektor keuangan, meningkat menjadi USD62,0 miliar dari Januari sampai Juni. Khusus untuk Juni, naik 20,1 persen yoy menjadi USD14,4 miliar.
"Investasi dari Jepang, Uni Eropa dan AS mempertahankan pertumbuhan yang cepat," kata juru bicara kementerian, Shen Danyang, seperti dilansir dari AFP, Rabu (17/7/2013).
Jepang menginvestasikan USD4,7 miliar pada periode enam bulan, naik 14,4 persen, dengan investasi dari Uni Eropa 14,7 persen lebih tinggi pada USD4,0 miliar dan dari Amerika Serikat naik 12,3 persen menjadi USD1,8 miliar.
Sebagian besar investasi FDI ke China berasal dari kelompok 10 negara Asia dan wilayah termasuk Hong Kong, Taiwan, Jepang dan Singapura. Arus masuk dari negara tersebut naik 5,3 persen pada tahun ke USD53,8 miliar selama enam bulan pertama.
Investasi yang masuk jatuh pada 2012 untuk pertama kalinya dalam tiga tahun akibat kemendungan ekonomi global (seperti di Eropa), perlambatan ekonomi di dalam negeri dan ketegangan politik dengan Jepang.
"Ini terlalu dini datang ke kesimpulan FDI telah pulih, dengan data satu bulan pada Juni. Tapi, kami melihat FDI relatif stabil di babak pertama dan secara bertahap pulih," ujar Shen.
"Kami berharap FDI mempertahankan pertumbuhan yang stabil pada semester kedua tahun ini," tambahnya.
Perekonomian China tumbuh pada kecepatan paling lambat dalam 13 tahun pada 2012 karena produk domestik bruto (PDB) diperluas 7,8 persen. Pada semester pertama tahun ini pertumbuhan menyelinap lagi menjadi 7,6 persen, dan pada kuartal kedua melambat 7,5 persen.
Investasi luar negeri meningkat secara signifikan pada periode tersebut, dengan uang mengalir ke Amerika Serikat hampir empat kali lipat, melompat 290 persen yoy.
Demikian pula ke Australia naik 93 persen, dan investasi ke Uni Eropa meningkat 50 persen. Namun, investasi ke Jepang turun 9,1 persen akibat sengketa perebutan pulau.
(dmd)