Apindo: Kita perlu tujuh pelabuhan di Jawa
A
A
A
Sindonews.com - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofjan Wanandi mengatakan, saat ini diperlukan tujuh pelabuhan di Pulau Jawa untuk menunjang kegiatan ekspor-impor.
"Pelabuhan kita kurang, diperlukan beberapa mulut untuk ekspor-impor. Tidak bisa tiga saja, minimal tujuh. Kalau bisa setiap 100 kilometer (km)," ujar Sofjan seusai rapat koordinasi (rakor) pemerintah dengan Apindo di gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (19/7/2013).
Menurutnya, selama ini Indonesia selalu menghadapi kemacetan di pelabuhan yang akhirnya akan menyebabkan inflasi. Apalagi, kata dia, pulau Jawa adalah lokasi terbesar untuk bidang manufacturing.
Karena itu, jumlah pelabuhan harus ditambah guna melancarkan arus ekspor-impor, sehingga dapat menunjang pertumbuhan ekonomi tanah air.
"Ini rencana jangka panjang. Nanti kalau bisa malah dikhususkan. Misalnya ekpor di KBN saja. Impor di pelabuhan Tanjung Priok saja," jelasnya.
Sementara, terkait dengan masalah dwelling time yang sangat lama di pelabuhan, Sofjan menuturkan bahwa menurut pandangannya masalah tersebut disebabkan kurangnya koordinasi yang terjadi di lokasi.
"Saya melihat letak permasalahnnya itu di pihak-pihak pelabuhan. Sekarang ada 16-18 yang menguasai hal ini. Tetapi mereka kurang koordinasi, mau sendiri-sendiri," tuturnya.
"Pelabuhan kita kurang, diperlukan beberapa mulut untuk ekspor-impor. Tidak bisa tiga saja, minimal tujuh. Kalau bisa setiap 100 kilometer (km)," ujar Sofjan seusai rapat koordinasi (rakor) pemerintah dengan Apindo di gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (19/7/2013).
Menurutnya, selama ini Indonesia selalu menghadapi kemacetan di pelabuhan yang akhirnya akan menyebabkan inflasi. Apalagi, kata dia, pulau Jawa adalah lokasi terbesar untuk bidang manufacturing.
Karena itu, jumlah pelabuhan harus ditambah guna melancarkan arus ekspor-impor, sehingga dapat menunjang pertumbuhan ekonomi tanah air.
"Ini rencana jangka panjang. Nanti kalau bisa malah dikhususkan. Misalnya ekpor di KBN saja. Impor di pelabuhan Tanjung Priok saja," jelasnya.
Sementara, terkait dengan masalah dwelling time yang sangat lama di pelabuhan, Sofjan menuturkan bahwa menurut pandangannya masalah tersebut disebabkan kurangnya koordinasi yang terjadi di lokasi.
"Saya melihat letak permasalahnnya itu di pihak-pihak pelabuhan. Sekarang ada 16-18 yang menguasai hal ini. Tetapi mereka kurang koordinasi, mau sendiri-sendiri," tuturnya.
(izz)