Thailand catat kerugian harga dalam stok beras
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah Thailand berusaha mengurangi stok beras dengan membuka tawaran penjualan setiap dua pekan. Namun, mahalnya harga akibat program pembelian beras petani oleh negara membuat mereka rugi.
"Penjualan tersebut mungkin membuat pemerintah bingung. Karena pembelian beras (petani) bertujuan meningkatkan harga domestik, bukan membuat keuntungan dari program ini," kata Wakil Menteri Perdagangan, Yanyong Phuangrach kepada wartawan di provinsi tengah Ayutthaya, seperti dilansir dari Bloomberg, Jumat (19/7/2013).
"Tujuan utama kami adalah distribusi tidak boleh mempengaruhi harga," jelasnya
Rencana Thailand memotong stok memiliki risiko menyakiti harga, dan mengurangi permintaan pangan global. Sebelumnya, Moody`s Investors Service mengatakan, program Thailand disadari dapat meningkatkan kerugian, di mana kredit bagi negara tersebut bisa negatif.
Produksi padi di seluruh dunia diperkirakan Departemen Pertanian AS (USDA) memperluas ke semua waktu tertinggi tahun ini. USDA menyebutkan, total stok beras Thailand sebanyak 15,5 juta ton pada 2013-2014, naik dari 12,5 juta ton pada musim lalu, dan 9,3 juta ton pada 2011-2012. Kepemilikan terbaru cukup untuk memenuhi sekitar 41 persen impor dunia.
"Rilis stocks publik Thailand hanya akan memperburuk situasi pasokan dan melemahnya harga," kata Concepcion Calpe, sekretaris kelompok beras antar-pemerintah Food & Agriculture Organization (FAO) dalam e-mailnya.
Menurut Asosiasi Eksportir Beras Thailand, harga ekspor beras telah rusak 5 persen turun 10 persen pada tahun ini, menjadi USD525 per ton pada 17 Juli. Sementara beras Vietnam sebesar USD390 per ton dan India USD440 per ton.
Pemerintah ingin melihat harga ekspor yang rusak 5 persen pada sekitar USD450 sampai USD500 per ton, dengan target penjualan stok ke Indonesia, Iran dan Irak, Yanyong. Jika harga yang ditawarkan terlalu rendah, pemerintah tidak akan menjual.
Diketahui, Thailand telah menghabiskan 588,7 miliar baht (USD18,9 miliar) sejak Oktober 2011 hingga bulan lalu, untuk membeli sekitar 40 juta ton beras dari petani dalam menaikkan pendapatan pedesaan. Menurut perkiraan pemerintah, kerugian dari program tersebut adalah 137 miliar baht pada musim panen lalu.
FAO menyebutkan, Thailand menghadapi kehabisan tempat penyimpanan stok beras. Mereka juga meramalkan bahwa cadangan negara akan meningkat menjadi 18,2 juta ton.
"Penjualan tersebut mungkin membuat pemerintah bingung. Karena pembelian beras (petani) bertujuan meningkatkan harga domestik, bukan membuat keuntungan dari program ini," kata Wakil Menteri Perdagangan, Yanyong Phuangrach kepada wartawan di provinsi tengah Ayutthaya, seperti dilansir dari Bloomberg, Jumat (19/7/2013).
"Tujuan utama kami adalah distribusi tidak boleh mempengaruhi harga," jelasnya
Rencana Thailand memotong stok memiliki risiko menyakiti harga, dan mengurangi permintaan pangan global. Sebelumnya, Moody`s Investors Service mengatakan, program Thailand disadari dapat meningkatkan kerugian, di mana kredit bagi negara tersebut bisa negatif.
Produksi padi di seluruh dunia diperkirakan Departemen Pertanian AS (USDA) memperluas ke semua waktu tertinggi tahun ini. USDA menyebutkan, total stok beras Thailand sebanyak 15,5 juta ton pada 2013-2014, naik dari 12,5 juta ton pada musim lalu, dan 9,3 juta ton pada 2011-2012. Kepemilikan terbaru cukup untuk memenuhi sekitar 41 persen impor dunia.
"Rilis stocks publik Thailand hanya akan memperburuk situasi pasokan dan melemahnya harga," kata Concepcion Calpe, sekretaris kelompok beras antar-pemerintah Food & Agriculture Organization (FAO) dalam e-mailnya.
Menurut Asosiasi Eksportir Beras Thailand, harga ekspor beras telah rusak 5 persen turun 10 persen pada tahun ini, menjadi USD525 per ton pada 17 Juli. Sementara beras Vietnam sebesar USD390 per ton dan India USD440 per ton.
Pemerintah ingin melihat harga ekspor yang rusak 5 persen pada sekitar USD450 sampai USD500 per ton, dengan target penjualan stok ke Indonesia, Iran dan Irak, Yanyong. Jika harga yang ditawarkan terlalu rendah, pemerintah tidak akan menjual.
Diketahui, Thailand telah menghabiskan 588,7 miliar baht (USD18,9 miliar) sejak Oktober 2011 hingga bulan lalu, untuk membeli sekitar 40 juta ton beras dari petani dalam menaikkan pendapatan pedesaan. Menurut perkiraan pemerintah, kerugian dari program tersebut adalah 137 miliar baht pada musim panen lalu.
FAO menyebutkan, Thailand menghadapi kehabisan tempat penyimpanan stok beras. Mereka juga meramalkan bahwa cadangan negara akan meningkat menjadi 18,2 juta ton.
(dmd)