Harga minyak di Asia masih kuat
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia masih tinggi, menyusul permintaan kuat permintaan minyak mentah AS. Namun, analis melihat antusiasme membeli dibatasi oleh data ekonomi yang lebih lemah dari negara terbesar di dunia tersebut.
Kontrak utama New York, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, naik 22 sen menjadi USD107,16 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk September naik 15 sen menjadi USD108,30.
WTI sempat mencapai harga tertinggi dalam 16 bulan sebesar USD109,32 per barel, Jumat (19/7/2013) lalu, di atas harga Brent untuk pertama kalinya sejak 16 Agustus 2010.
"Pasokan minyak mentah AS memegang harga, di mana pedagang mengharapkan persediaan pada posisi terendah dalam enam bulan," kata Kelly Teoh, ahli strategi pasar IG Markets, Singapura, seperti dilansir dari AFP, Selasa (23/7/2013).
Menurutnya, data ekonomi lemah AS serta pendapatan perusahaan yang hilang membatasi keuntungan dan menjaga harga WTI sekitar USD107 per barel.
The National Association of Realtors melaporkan, penjualan rumah di AS turun 1,2 persen di tingkat tahunan menjadi sebesar 5.080.000 pada Juni 2013, dari revisi 5,15 juta pada Mei. Sementara rata-rata estimasi analis pada kecepatan 5.280.000.
Di sisi lain, perusahaan McDonald kehilangan harapan laba setelah hasil mengesankan pekan lalu dari Coca-Cola, Google dan Microsoft.
Kuatnya permintaan bahan bakar AS menjadi faktor kunci dalam mendukung harga minyak, di saat warga Amerika masih turun ke jalan untuk liburan musim panas.
Kontrak utama New York, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, naik 22 sen menjadi USD107,16 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk September naik 15 sen menjadi USD108,30.
WTI sempat mencapai harga tertinggi dalam 16 bulan sebesar USD109,32 per barel, Jumat (19/7/2013) lalu, di atas harga Brent untuk pertama kalinya sejak 16 Agustus 2010.
"Pasokan minyak mentah AS memegang harga, di mana pedagang mengharapkan persediaan pada posisi terendah dalam enam bulan," kata Kelly Teoh, ahli strategi pasar IG Markets, Singapura, seperti dilansir dari AFP, Selasa (23/7/2013).
Menurutnya, data ekonomi lemah AS serta pendapatan perusahaan yang hilang membatasi keuntungan dan menjaga harga WTI sekitar USD107 per barel.
The National Association of Realtors melaporkan, penjualan rumah di AS turun 1,2 persen di tingkat tahunan menjadi sebesar 5.080.000 pada Juni 2013, dari revisi 5,15 juta pada Mei. Sementara rata-rata estimasi analis pada kecepatan 5.280.000.
Di sisi lain, perusahaan McDonald kehilangan harapan laba setelah hasil mengesankan pekan lalu dari Coca-Cola, Google dan Microsoft.
Kuatnya permintaan bahan bakar AS menjadi faktor kunci dalam mendukung harga minyak, di saat warga Amerika masih turun ke jalan untuk liburan musim panas.
(dmd)