Investor luar minati pengembangan pabrik JMI
A
A
A
Sindonews.com – Pabrik pemurnian bijih besi (pig iron) milik PT Jogja Magasa Iron (JMI) belum jadi dibangun. Namun sejumlah rekanan dari luar negeri sudah menunjukan ketertarikannya. Bahkan rekanan ini sudah mengajukan kerja sama proyek pengembangan pabrik.
Menurut Direktur SDM dan Community Development PT JMI Heru Priyono, rekanan dari luar negeri tertarik untuk terlibat dalam pembangunan pelabuhan khusus di wilayaha kontrak karya, serta produksi gas sintetik. Seluruh calon mitra sudah mulai mempresentasikan rencana kerja mereka.
“Sudah ada mitra dari beberapa negara untuk pelabuhan, tapi yang sudah serius baru dari Italia. Mereka sudah berpengalaman membangun pelabuhan di Sumatera,” kata Heru, Rabu (24/7/2013).
Dia menjelaskan, pelabuhan khusus berfungsi sebagai lokasi pendaratan berbagai bahan kebutuhan untuk menunjang operasional pabrik seperti batu bara dan lainnya. Karena bersifat spesifik, JMI enggan menggunakan pelabuhan Tanjung Adikarto ada di sebelah barat wilayah kontrak karya.
“Rekanan lainnya bergerak di bidang produksi gas sintetik. Tapi saya lupa negara asalnya. Gas sintetik ini bermanfaat sebagai bahan bakar utama pemrosesan pig iron menjadi besi. Gas tersebut berasal dari proses ekstraksi batu bara,” jelasnya.
JMI, kata dia, memilih gas sitentik karena bahan baku utamanya yakni batu bara mudah diperoleh. “Sebenarnya bisa menggunakan bahan baku utama gas alam yang murni tapi susah diperoleh karena sudah dikapling berbagai perusahaan. Bahkan sebelum gasnya disedot, sudah ada pembelinya,” lanjut dia.
Dia mengakui, kehadiran rekanan tersebut membuat JMI makin optimis proses pembangunan infrastruktur pabrik pengolahan bijih besi berjalan tepat waktu. Apalagi proses pembebasan lahan tengah disosialisasikan kepada masyarakat.
Menurut Direktur SDM dan Community Development PT JMI Heru Priyono, rekanan dari luar negeri tertarik untuk terlibat dalam pembangunan pelabuhan khusus di wilayaha kontrak karya, serta produksi gas sintetik. Seluruh calon mitra sudah mulai mempresentasikan rencana kerja mereka.
“Sudah ada mitra dari beberapa negara untuk pelabuhan, tapi yang sudah serius baru dari Italia. Mereka sudah berpengalaman membangun pelabuhan di Sumatera,” kata Heru, Rabu (24/7/2013).
Dia menjelaskan, pelabuhan khusus berfungsi sebagai lokasi pendaratan berbagai bahan kebutuhan untuk menunjang operasional pabrik seperti batu bara dan lainnya. Karena bersifat spesifik, JMI enggan menggunakan pelabuhan Tanjung Adikarto ada di sebelah barat wilayah kontrak karya.
“Rekanan lainnya bergerak di bidang produksi gas sintetik. Tapi saya lupa negara asalnya. Gas sintetik ini bermanfaat sebagai bahan bakar utama pemrosesan pig iron menjadi besi. Gas tersebut berasal dari proses ekstraksi batu bara,” jelasnya.
JMI, kata dia, memilih gas sitentik karena bahan baku utamanya yakni batu bara mudah diperoleh. “Sebenarnya bisa menggunakan bahan baku utama gas alam yang murni tapi susah diperoleh karena sudah dikapling berbagai perusahaan. Bahkan sebelum gasnya disedot, sudah ada pembelinya,” lanjut dia.
Dia mengakui, kehadiran rekanan tersebut membuat JMI makin optimis proses pembangunan infrastruktur pabrik pengolahan bijih besi berjalan tepat waktu. Apalagi proses pembebasan lahan tengah disosialisasikan kepada masyarakat.
(gpr)