Harga minyak dunia kembali terperosok
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan dunia hari ini kembali turun, di tengah memuncaknya kekhawatiran perlambatan ekonomi China, dengan dolar AS menguat menempatkan tekanan pada harga.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman September, turun 44 sen menjadi USD106,75 per barel dalam transaksi di London. Sementara kontrak utama New York, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, turun 15 sen menjadi USD107,08 per barel.
"China telah dan tetap menjadi pendorong utama permintaan minyak global, di mana dinamika tahun ini telah tertinggal jauh di belakang perluasan pasokan," kata analis Commerzbank dalam catatan penelitiannya, seperti dilansir dari AFP, Kamis (25/7/2013).
"Investor keuangan jelas melihat ini sebagai kesempatan untuk mengambil keuntungan, sehingga harga minyak untuk saat ini kemungkinan akan tetap di bawah tekanan," tambahnya.
Minyak mentah New York telah menyelam hampir USD2 pada Rabu (24/7/2013), setelah indeks manajer pembelian (PMI) awal HSBC untuk aktivitas manufaktur China mencapai titik terendah dalam 11 bulan, sinyal melemahnya permintaan di negara konsumen energi terbesar dunia tersebut.
"Kami melihat kelanjutan mundurnya harga minyak mentah semalam di atas data lemah China," kata Michael McCarthy, kepala strategi pasar CMC Markets, Sydney.
Lemahnya data China dibayangi data ekonomi zona euro yang optimis, di mana kegiatan usaha swasta kembali ke pertumbuhan pada Juli untuk pertama kalinya selama 18 bulan.
Di sisi lain, kenaikan dolar menambah tekanan yang membuat minyak lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lemah, sehingga mengurangi permintaan.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman September, turun 44 sen menjadi USD106,75 per barel dalam transaksi di London. Sementara kontrak utama New York, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, turun 15 sen menjadi USD107,08 per barel.
"China telah dan tetap menjadi pendorong utama permintaan minyak global, di mana dinamika tahun ini telah tertinggal jauh di belakang perluasan pasokan," kata analis Commerzbank dalam catatan penelitiannya, seperti dilansir dari AFP, Kamis (25/7/2013).
"Investor keuangan jelas melihat ini sebagai kesempatan untuk mengambil keuntungan, sehingga harga minyak untuk saat ini kemungkinan akan tetap di bawah tekanan," tambahnya.
Minyak mentah New York telah menyelam hampir USD2 pada Rabu (24/7/2013), setelah indeks manajer pembelian (PMI) awal HSBC untuk aktivitas manufaktur China mencapai titik terendah dalam 11 bulan, sinyal melemahnya permintaan di negara konsumen energi terbesar dunia tersebut.
"Kami melihat kelanjutan mundurnya harga minyak mentah semalam di atas data lemah China," kata Michael McCarthy, kepala strategi pasar CMC Markets, Sydney.
Lemahnya data China dibayangi data ekonomi zona euro yang optimis, di mana kegiatan usaha swasta kembali ke pertumbuhan pada Juli untuk pertama kalinya selama 18 bulan.
Di sisi lain, kenaikan dolar menambah tekanan yang membuat minyak lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lemah, sehingga mengurangi permintaan.
(dmd)