Harga minyak di Asia berbalik lebih rendah
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia berbalik lebih rendah karena kekhawatiran terhadap perekonomian China lebih kuat daripada pelemahan dolar.
Kontrak utama New York, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, turun tiga sen menjadi USD105,46 per barel pada perdagangan sore. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk September, turun enam sen menjadi USD107,59 per barel.
Harga minyak sedikit meningkat pada perdagangan pagi, akibat melemahnya greenback dolar, membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih murah dan lebih menarik untuk pembeli.
Tapi, kekhawatiran atas China kembali naik. "China faktor penting dan ada lebih banyak data yang menunjukkan bahwa ekonomi sedang melambat," kata Victor Shum, managing director konsultan IHS Purvin and Gertz.
"China diperkirakan akan menjelaskan sebagian besar permintaan minyak ke depan dan dengan perlambatan ekonomi kenaikan berjangka minyak akan terbatas. Pada titik ini, kontrak berjangka minyak terlalu tinggi sehingga kita melihat risiko penurunan," tambahnya.
Data terbaru China pada Rabu (24/7/2013) lalu menunjukkan aktivitas manufaktur negara itu pada Juli kontraksi ke level terendah dalam 11 bulan. Di mana indeks manajer pembelian (PMI) awal yang dirilis HSBC terpukul 47,7 poin, turun dari 48,2 poin pada akhir Juni, terendah sejak Agustus lalu.
Perekonomian China telah melemah tahun ini, dengan pertumbuhan pada periode April-Juni 2013 mencelup menjadi 7,5 persen, dari 7,7 persen pada kuartal pertama dan 7,9 persen pada Oktober-Desember 2012.
Kontrak utama New York, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, turun tiga sen menjadi USD105,46 per barel pada perdagangan sore. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk September, turun enam sen menjadi USD107,59 per barel.
Harga minyak sedikit meningkat pada perdagangan pagi, akibat melemahnya greenback dolar, membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih murah dan lebih menarik untuk pembeli.
Tapi, kekhawatiran atas China kembali naik. "China faktor penting dan ada lebih banyak data yang menunjukkan bahwa ekonomi sedang melambat," kata Victor Shum, managing director konsultan IHS Purvin and Gertz.
"China diperkirakan akan menjelaskan sebagian besar permintaan minyak ke depan dan dengan perlambatan ekonomi kenaikan berjangka minyak akan terbatas. Pada titik ini, kontrak berjangka minyak terlalu tinggi sehingga kita melihat risiko penurunan," tambahnya.
Data terbaru China pada Rabu (24/7/2013) lalu menunjukkan aktivitas manufaktur negara itu pada Juli kontraksi ke level terendah dalam 11 bulan. Di mana indeks manajer pembelian (PMI) awal yang dirilis HSBC terpukul 47,7 poin, turun dari 48,2 poin pada akhir Juni, terendah sejak Agustus lalu.
Perekonomian China telah melemah tahun ini, dengan pertumbuhan pada periode April-Juni 2013 mencelup menjadi 7,5 persen, dari 7,7 persen pada kuartal pertama dan 7,9 persen pada Oktober-Desember 2012.
(dmd)