Harga labil, PTBA akan sulap batu bara jadi pupuk
A
A
A
Sindonews.com - Dalam menyikapi fluktuasi yang terjadi pada komoditi tambang jenis batu bara, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) tengah serius menseriusi kajian untuk memberikan nilai tambah (added value) pada produk batu bara yang mereka hasilkan.
"Langkah untuk pengembangan added value, kita akan melakukan coal gasifikasi, bersama Pusri (PT Pupuk Sriwidjaja), melakukan studi gasifikasi batu bara. Nanti hasil gasifikasi akan kita peroleh etanol lalu ke pupuk," terang Direktur Utama PTBA, Milawarma di Kantor Pusat PTBA, Jakarta, Jumat (26/7/2013).
Inovasi tersebut diharapkan dapat menurunkan harga yang signifikan pada komoditi batu bara, dan diharapkan tidak akan terlalu memengaruhi kinerja penjualan perseroan.
Menurutnya, kajian atas rencana itu telah selesai dilakukan. Sebagai tindak lanjut, pihaknya tengah mempertimbangan teknologi yang nantinya akan dipergunakan dalam proses gasifikasi tersebut.
"Dari feasible study-nya adalah layak. Secara teknis layak, tapi semua tergantung bankable study-nya. Katakanlah teknologi yang paling tepat dari mana, Jepang, Jerman, atau Amerika," imbuhnya.
Kendati enggan membeberkan berapa besar investasi yang akan dikeluarkan perseroan untuk program tersebut, namun diakui Wilawarma, pihaknya sangat siap secara finansial.
"Cash kita ada sekitar Rp5 triliun, baik yang bersifat dana tunai maupun aset lainnya. Dana itu bisa kita gunakan untuk pengembangan dan lain-lain seperti pengolahan batu bara menjadi pupuk ini. Kita tidak membatasi berapa dana yang akan kita keluarkan," tutupnya.
Perlu diketahui, sepanjang sementer pertama 2013, perseroan mencatat penurunan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk, imbas dari menurunnya penjualan mencapai 6,12 persen dari Rp5,79 triliun pada semester I/2012 menjadi Rp5,43 triliun pada akhir Juni 2013.
Tidak tanggung-tanggung, penurunan perolehan laba sendiri hampir mencapai separuh dari perolehan tahun sebelumnya atau tepatnya sebesar 44 persen menjadi Rp870,12 miliar dibanding perode yang sama tahun lalu Rp1,55 triliun.
Selain itu, masalah penurunan harga batu bara, penurunan raihan laba juga disebabkan beban pokok penjualan yang juga meningkat menjadi Rp3,66 triliun dari Rp3,11 triliun. Beban umum perseroan juga bertambah menjadi Rp466,4 miliar dari Rp445,95 miliar.
Sementara, laba bersih per saham yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun tajam menjadi Rp398 dibanding akhir Juni tahun lalu sebesar Rp675 per saham. Sedangkan kas dan setara kas perseroan tercatat turun 44 persen dari Rp5,9 triliun menjadi Rp3,3 triliun pada akhir semester I/2013.
"Langkah untuk pengembangan added value, kita akan melakukan coal gasifikasi, bersama Pusri (PT Pupuk Sriwidjaja), melakukan studi gasifikasi batu bara. Nanti hasil gasifikasi akan kita peroleh etanol lalu ke pupuk," terang Direktur Utama PTBA, Milawarma di Kantor Pusat PTBA, Jakarta, Jumat (26/7/2013).
Inovasi tersebut diharapkan dapat menurunkan harga yang signifikan pada komoditi batu bara, dan diharapkan tidak akan terlalu memengaruhi kinerja penjualan perseroan.
Menurutnya, kajian atas rencana itu telah selesai dilakukan. Sebagai tindak lanjut, pihaknya tengah mempertimbangan teknologi yang nantinya akan dipergunakan dalam proses gasifikasi tersebut.
"Dari feasible study-nya adalah layak. Secara teknis layak, tapi semua tergantung bankable study-nya. Katakanlah teknologi yang paling tepat dari mana, Jepang, Jerman, atau Amerika," imbuhnya.
Kendati enggan membeberkan berapa besar investasi yang akan dikeluarkan perseroan untuk program tersebut, namun diakui Wilawarma, pihaknya sangat siap secara finansial.
"Cash kita ada sekitar Rp5 triliun, baik yang bersifat dana tunai maupun aset lainnya. Dana itu bisa kita gunakan untuk pengembangan dan lain-lain seperti pengolahan batu bara menjadi pupuk ini. Kita tidak membatasi berapa dana yang akan kita keluarkan," tutupnya.
Perlu diketahui, sepanjang sementer pertama 2013, perseroan mencatat penurunan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk, imbas dari menurunnya penjualan mencapai 6,12 persen dari Rp5,79 triliun pada semester I/2012 menjadi Rp5,43 triliun pada akhir Juni 2013.
Tidak tanggung-tanggung, penurunan perolehan laba sendiri hampir mencapai separuh dari perolehan tahun sebelumnya atau tepatnya sebesar 44 persen menjadi Rp870,12 miliar dibanding perode yang sama tahun lalu Rp1,55 triliun.
Selain itu, masalah penurunan harga batu bara, penurunan raihan laba juga disebabkan beban pokok penjualan yang juga meningkat menjadi Rp3,66 triliun dari Rp3,11 triliun. Beban umum perseroan juga bertambah menjadi Rp466,4 miliar dari Rp445,95 miliar.
Sementara, laba bersih per saham yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun tajam menjadi Rp398 dibanding akhir Juni tahun lalu sebesar Rp675 per saham. Sedangkan kas dan setara kas perseroan tercatat turun 44 persen dari Rp5,9 triliun menjadi Rp3,3 triliun pada akhir semester I/2013.
(izz)