Tekanan rupiah diprediksi berkurang kuartal IV
A
A
A
Sindonews.com - Kepala ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti memprediksi bahwa tekanan rupiah diprediksi berkurang pada kuartal IV/2013 seiring menurunnya impor pada akhir tahun ini.
"Salah satu penyebabnya juga karena impor besar, tetapi di kuartal IV (2013) impor akan turun jauh dibandingkan ekspor, sehingga diharapkan tidak ada koreksi ke dalam angka pertumbuhan," ujarnya ketika dihubungi Sindonews, Sabtu (27/7/2013).
Walaupun tidak bisa memprediksi arah nilai tukar rupiah, Destry menyebut kisaran nilai tukar rupiah di angka Rp10.200 per USD merupakan posisi stabil dan sesuai dengan pelemahan mata uang di kawasan.
"Saya nggak bisa bicara level, tetapi ini sudah riil menggambarkan kondisi fundamental, dimana rupiah sudah inline dan seimbang dengan mata uang lain di kawasan," katanya.
Dia juga menyebut situasi global menjadi alasan pelemahan mata uang kawasan tersebut.
"Kita tetap mewaspadai kondisi global ke depan, dan memang ada ampak dari perlambatan pertumbuhan ekonomi Cina," pungkasnya.
Kemarin, posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), Bank Indonesia (BI) pada penutupan perdagangan Jumat (26/7/2013) melemah 2 poin dari Rp10.263 per USD pada Kamis (25/7/2013) menjadi Rp10.265 per USD.
Sementara data Bloomberg mencatat bahwa kurs rupiah sore ini menguat sebanyak 10 poin dari level Rp10.301 per USD menjadi Rp10.291 per USD pada sore kemarin.
Sedangkan berdasarkan data yahoofinance, mata uang domestik ditutup melemah 10 poin dari hari sebelumnya di level Rp10.255 per USD menjadi Rp10.265 per USD, dengan kisaran harian Rp10.260-10.265 per USD.
"Salah satu penyebabnya juga karena impor besar, tetapi di kuartal IV (2013) impor akan turun jauh dibandingkan ekspor, sehingga diharapkan tidak ada koreksi ke dalam angka pertumbuhan," ujarnya ketika dihubungi Sindonews, Sabtu (27/7/2013).
Walaupun tidak bisa memprediksi arah nilai tukar rupiah, Destry menyebut kisaran nilai tukar rupiah di angka Rp10.200 per USD merupakan posisi stabil dan sesuai dengan pelemahan mata uang di kawasan.
"Saya nggak bisa bicara level, tetapi ini sudah riil menggambarkan kondisi fundamental, dimana rupiah sudah inline dan seimbang dengan mata uang lain di kawasan," katanya.
Dia juga menyebut situasi global menjadi alasan pelemahan mata uang kawasan tersebut.
"Kita tetap mewaspadai kondisi global ke depan, dan memang ada ampak dari perlambatan pertumbuhan ekonomi Cina," pungkasnya.
Kemarin, posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), Bank Indonesia (BI) pada penutupan perdagangan Jumat (26/7/2013) melemah 2 poin dari Rp10.263 per USD pada Kamis (25/7/2013) menjadi Rp10.265 per USD.
Sementara data Bloomberg mencatat bahwa kurs rupiah sore ini menguat sebanyak 10 poin dari level Rp10.301 per USD menjadi Rp10.291 per USD pada sore kemarin.
Sedangkan berdasarkan data yahoofinance, mata uang domestik ditutup melemah 10 poin dari hari sebelumnya di level Rp10.255 per USD menjadi Rp10.265 per USD, dengan kisaran harian Rp10.260-10.265 per USD.
(rna)