Harga minyak dunia merosot

Jum'at, 02 Agustus 2013 - 19:27 WIB
Harga minyak dunia merosot
Harga minyak dunia merosot
A A A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan dunia hari ini melemah, karena pedagang duduk ketat sebelum angka pekerjaan AS dirilis, usai kenaikan yang didorong data positif ekonomi Amerika dan China.

Harga juga sempat memenangkan dukungan dalam beberapa hari terakhir akibat kekhawatiran terhadap gangguan pasokan minyak di Timur Tengah dan Afrika.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman September turun 16 sen menjadi USD109,38 per barel. Sementara kontrak utama New York, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, merosot 11 sen menjadi USD107,79 per barel.

"Harga minyak mentah merosot lebih rendah, karena beberapa aksi ambil untung, di mana investor tetap berhati-hati menjelang rilis (Jumat) data penting non-farm payroll AS," kata Myrto Sokou, analis peneliti senior Sucden brokers, seperti dilansir dari AFP, Jumat (2/8/2013).

"Brent turun tipis setelah melonjak di atas level USD110 kemarin, untuk pertama kalinya sejak April 2013, menunjukkan momentum kenaikan yang kuat setelah data manufaktur PMI AS dan zona euro kuat," tambahnya.

PMI resmi China juga menunjukkan peningkatan mengejutkan - sepotong data ekonomi positif yang langka dari kekuatan ekonomi Asia, yang telah melambat dalam beberapa bulan terakhir.

"Harga minyak mentah telah bereaksi terhadap pertumbuhan global, di Amerika Serikat dan China, dua users terbesar minyak mentah," kata Kelly Teoh, ahli strategi pasar IG Markets, Singapura.

PMI resmi China juga menunjukkan peningkatan mengejutkan 50,3 poin pada bulan lalu, dari 50,1 poin pada Juni, sepotong data ekonomi positif dari kekuatan ekonomi Asia, yang telah melambat dalam beberapa bulan terakhir.

"Jelas, pemerintah China akan melakukan apapun untuk menjaga perekonomian dan tidak akan mengizinkan pertumbuhan di bawah target 7 persen," kata Teoh.

Investor juga mencermati potensi gangguan pasokan di Timur Tengah dan Afrika. "Protes di ladang minyak Libya, pemberontakan yang menargetkan pipa Irak, masalah teknis dan pencurian minyak di Nigeria (memiliki) membawa kekhawatiran terhadap ketersediaan pasokan," jelas Lee Chen Hoay, analis investasi Phillip Futures, Singapura.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0561 seconds (0.1#10.140)