Warung kelas kaki lima rasa ala resto
A
A
A
Sindonews.com - Walaupun hanya kelas kaki lima, bebek goreng Joko Putra pantas disejajarkan dengan bebek goreng resto. Dagingnya sangat empuk dan bumbunya terasa meresap. Apalagi sambalnya super pedas dengan pilihan dua jenis sambal. Lalapan timun dan kemangi yang terasa segar bisa membuat keringat Anda tercucur.
Warung tenda yang berlokasi di pinggir Jalan Petogogan II, Blok A Jakarta Selatan ini memang pantas disambangi. Bila Anda penasaran ingin mencicipi bebek goreng Joko Putra, rute perjalanan menuju ke sana tidak terlalu sulit.
Kalau berpatokan dari Fatmawati Raya Anda bisa menuju ke arah Pasar Blok A. Melewati pasar sekitar 200 m ada perempatan, kemudian ambil tikungan ke arah kiri, sampai Anda menemukan warung tenda nasi uduk bertuliskan “Pak Joko Putra” Nasi Uduk, Bebek Goreng, Ayam Goreng, Pecel Lele, dan Ikan Mas.
Nah, Anda bisa memakirkan kendaraan di pinggir jalan dua arah yang cukup lebar itu. Suasana di sana memang terlihat agak macet, karena banyaknya pengunjung yang mampir terutama saat jam pulang kantor. Bebek goreng Pak Joko Putra memang buka mulai sore hari pukul 18.00 sampai pukul 23.00 WIB.
Meski buka sampai pukul 23.00 WIB, namun jika Anda datang agak malam, Anda harus siap gigit jari dan tidak kebagian menikmati kelezatan rasa bebek goreng ini karena sangking ramainya. Untuk memperoleh satu porsi saja kita harus menunggu cukup lama, tapi untungnya semua itu dapat terbayar oleh kelezatan rasanya yang krancis.
Nama bebek goreng Joko Putra diambil dari nama ayah Sugeng Wibowo, pemilik warung tenda itu. “Nama ayah saya Joko ternyata sangat berkah dan banyak memiliki peruntungan buat usaha saya,” ujar pria berusia 44 tahun ini.
Untuk menikmati seporsi bebek goreng, Anda cukup merogoh kocek Rp13.000 saja. Ada pula menu lainnya, ayam dan lele goreng yang harganya Rp10.000 per porsi. Warungnya menyediakan minuman seperti es jeruk yang harganya Rp3.000, es teh manis Rp2.500, teh botol Rp3.000.
Diakui Sugeng, seharinya sampai 500 orang mampir ke warungnya. Hari biasa maupun libur tetap ramai. Pengunjung bebek goreng Joko Putra kebanyakan para pegawai kantoran di sekitar lokasi warung tenda, meskipun ada pula pengunjung dari lokasi lainnya seperti Blok M Jakarta Selatan.
Sugeng mengaku, pernah saat ada isu flu burung, omzetnya berkurang. Sehari laku hanya sekitar 30 ekor bebek tapi kondisi itu tidak berlangsung lama.
Mahalnya harga bebek, dan sulitnya memperoleh bebek yang berusia tua juga diakuinya menjadi kendalanya saat ini. Ayah dari dua anak, Bayu dan Iqbal ini mengolah sendiri resep bebek goreng yang dibuatnya dari hasil coba-coba.
Warung tenda yang berlokasi di pinggir Jalan Petogogan II, Blok A Jakarta Selatan ini memang pantas disambangi. Bila Anda penasaran ingin mencicipi bebek goreng Joko Putra, rute perjalanan menuju ke sana tidak terlalu sulit.
Kalau berpatokan dari Fatmawati Raya Anda bisa menuju ke arah Pasar Blok A. Melewati pasar sekitar 200 m ada perempatan, kemudian ambil tikungan ke arah kiri, sampai Anda menemukan warung tenda nasi uduk bertuliskan “Pak Joko Putra” Nasi Uduk, Bebek Goreng, Ayam Goreng, Pecel Lele, dan Ikan Mas.
Nah, Anda bisa memakirkan kendaraan di pinggir jalan dua arah yang cukup lebar itu. Suasana di sana memang terlihat agak macet, karena banyaknya pengunjung yang mampir terutama saat jam pulang kantor. Bebek goreng Pak Joko Putra memang buka mulai sore hari pukul 18.00 sampai pukul 23.00 WIB.
Meski buka sampai pukul 23.00 WIB, namun jika Anda datang agak malam, Anda harus siap gigit jari dan tidak kebagian menikmati kelezatan rasa bebek goreng ini karena sangking ramainya. Untuk memperoleh satu porsi saja kita harus menunggu cukup lama, tapi untungnya semua itu dapat terbayar oleh kelezatan rasanya yang krancis.
Nama bebek goreng Joko Putra diambil dari nama ayah Sugeng Wibowo, pemilik warung tenda itu. “Nama ayah saya Joko ternyata sangat berkah dan banyak memiliki peruntungan buat usaha saya,” ujar pria berusia 44 tahun ini.
Untuk menikmati seporsi bebek goreng, Anda cukup merogoh kocek Rp13.000 saja. Ada pula menu lainnya, ayam dan lele goreng yang harganya Rp10.000 per porsi. Warungnya menyediakan minuman seperti es jeruk yang harganya Rp3.000, es teh manis Rp2.500, teh botol Rp3.000.
Diakui Sugeng, seharinya sampai 500 orang mampir ke warungnya. Hari biasa maupun libur tetap ramai. Pengunjung bebek goreng Joko Putra kebanyakan para pegawai kantoran di sekitar lokasi warung tenda, meskipun ada pula pengunjung dari lokasi lainnya seperti Blok M Jakarta Selatan.
Sugeng mengaku, pernah saat ada isu flu burung, omzetnya berkurang. Sehari laku hanya sekitar 30 ekor bebek tapi kondisi itu tidak berlangsung lama.
Mahalnya harga bebek, dan sulitnya memperoleh bebek yang berusia tua juga diakuinya menjadi kendalanya saat ini. Ayah dari dua anak, Bayu dan Iqbal ini mengolah sendiri resep bebek goreng yang dibuatnya dari hasil coba-coba.
(gpr)