PTBA kembangkan produksi minyak kayu putih
A
A
A
Sindonews.com - PT Bukit Asam (Persero) Tbk atau PTBA melalui Yayasan Bukit Asam (YBA) telah berhasil memproduksi minyak kayu putih murni. Saat ini, pihak YBA sedang menjajaki kerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk pengolahan minyak murni menjadi barang jadi.
Ketua YBA, Muhammad Hatta mengatakan, produksi minyak kayu putih ini telah dirintis sejak tahun 2000. Semula penanaman pohon minyak kayu putih ini hanya sebagai upaya penghijauan di lahan bekas galian tambang batu bara. Namun, seiring perkembangannya tanaman minyak kayu putih ini dinilai cukup potensial dan menghasilkan. Sehingga, PTBA melalui YBA mulai melakukan upaya serius dalam pengolahannya. Saat ini, perkebunan kayu putih tak kurang dari 100 hektar.
“Setelah tiga tahun, tanaman ini sudah bisa dipanen. Yang diambil adalah daun-daunnya yang sudah tua,” ujar Hatta di Tanjungenim, akhir pekan kemarin.
Menurut Hatta, untuk pengolahan dan penyulingan minyak kayu putih murni dilakukan sendiri oleh pihak YBA. Diketahui dari 300 Kilogram daun kayu putih hanya mampu menghasilkan satu hingga dua liter minyak murni. Selanjutnya, minyak murni tersebut dikemas ke dalam botol-botol kecil.
“Karena bentuknya masih berupa minyak kayu putih murni tanpa sedikitpun campuran bahan apapun, maka kita belum bisa memproduksinya secara massal. Sebab, kalau dijual tentunya tidak akan menutupi biaya produksi. Sehingga, untuk saat ini minyak tersebut masih kita pakai sebagai souvenir perusahaan,” papar Hatta.
Kedepan, lanjut Hatta, minyak kayu putih tersebut akan diproduksi menjadi bahan jadi dan akan dijual ke pasaran. “Saat ini, upaya kerja sama sedang kita lakukan dengan IPB untuk pengembangannya lebih lanjut,” ungkap Hatta.
Wakil Ketua YBA, Anipar menambahkan, terkait produksi minyak kayu putih ini pihaknya juga akan mengajak masyarakat untuk secara bersama-sama mengembangkan perkebunan minyak kayu putih. Mengingat, prospek yang dimiliki tanaman ini cukup menjanjikan.
“Bukan tidak mungkin, bila nanti kedepannya, Tanjungenim bisa menjadi daerah penghasil minyak kayu putih,” ucap dia.
Ketua YBA, Muhammad Hatta mengatakan, produksi minyak kayu putih ini telah dirintis sejak tahun 2000. Semula penanaman pohon minyak kayu putih ini hanya sebagai upaya penghijauan di lahan bekas galian tambang batu bara. Namun, seiring perkembangannya tanaman minyak kayu putih ini dinilai cukup potensial dan menghasilkan. Sehingga, PTBA melalui YBA mulai melakukan upaya serius dalam pengolahannya. Saat ini, perkebunan kayu putih tak kurang dari 100 hektar.
“Setelah tiga tahun, tanaman ini sudah bisa dipanen. Yang diambil adalah daun-daunnya yang sudah tua,” ujar Hatta di Tanjungenim, akhir pekan kemarin.
Menurut Hatta, untuk pengolahan dan penyulingan minyak kayu putih murni dilakukan sendiri oleh pihak YBA. Diketahui dari 300 Kilogram daun kayu putih hanya mampu menghasilkan satu hingga dua liter minyak murni. Selanjutnya, minyak murni tersebut dikemas ke dalam botol-botol kecil.
“Karena bentuknya masih berupa minyak kayu putih murni tanpa sedikitpun campuran bahan apapun, maka kita belum bisa memproduksinya secara massal. Sebab, kalau dijual tentunya tidak akan menutupi biaya produksi. Sehingga, untuk saat ini minyak tersebut masih kita pakai sebagai souvenir perusahaan,” papar Hatta.
Kedepan, lanjut Hatta, minyak kayu putih tersebut akan diproduksi menjadi bahan jadi dan akan dijual ke pasaran. “Saat ini, upaya kerja sama sedang kita lakukan dengan IPB untuk pengembangannya lebih lanjut,” ungkap Hatta.
Wakil Ketua YBA, Anipar menambahkan, terkait produksi minyak kayu putih ini pihaknya juga akan mengajak masyarakat untuk secara bersama-sama mengembangkan perkebunan minyak kayu putih. Mengingat, prospek yang dimiliki tanaman ini cukup menjanjikan.
“Bukan tidak mungkin, bila nanti kedepannya, Tanjungenim bisa menjadi daerah penghasil minyak kayu putih,” ucap dia.
(gpr)