Alumni IPB tolak impor produk pertanian
A
A
A
Sindonews.com - Besarnya jumlah impor produk pertanian di Indonesia semakin memprihatinkan. Kondisi tersebut dapat mengancam eksistensi petani dan ketahanan pangan nasional. Pemerintah diminta memberdayakan produk pertanian lokal.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Umum Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (HA IPB) 2013-2017 Bambang Hendroyono, dalam pengukuhan Ketua HA IPB periode 2013-2017 di Kampus IPB Baranangsiang, Bogor, Minggu (18/8/2013).
"Oleh karena itu HA IPB menolak kebijakan impor produk pertanian. HA IPB akan terus mendorong penggunaan hasil pertanian lokal sebagai sebuah kebutuhan dan menguatkan ketahanan pangan nasional," katanya.
Bambang yang juga menjabat sebagai Dirjen Bina Usaha Kehutanan di Kementerian Kehutanan RI menegaskan bahwa impor produk pertanian menyengsarakan Petani Indonesia.
"Mengimpor produk pertanian, sayur, buah-buahan, ikan, daging sapi, sungguh suatu hal menyakitkan bagi petani di Indonesia karena apa pun alasannya, impor akan meruntuhkan motivasi petani dalam menghasilkan produk-produk pertanian. Kasihan petani-petani kita, mereka sulit untuk sejahtera," ujarnya.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), impor beras selama Januari-Juni 2013, tercatat sebesar 239 ribu ton atau USD124,4 juta. Sedangkan jagung impor masuk ke Indonesia selama Januari-Juni 2013 tercatat 1,3 juta ton atau USD393 juta.
"Tak jauh berbeda dengan impor kedelai periode Januari-Juni 2013 adalah 826 ribu ton atau USD509,5 juta. Impor tepung terigu juga dilakukan pada Januari-Juni 2013 mencapai 82.501 ton atau USD 36,9 juta. Bahkan selama Januari-Juni 2013 impor garam tercatat 923 ribu ton atau senilai USD 43,1 juta," paparnya.
Menurut Bambang, adalah ironis bagi Alumni IPB dan kelembagaan IPB karena inovasi pertaniannya yang sangat banyak demikian pula sarjana pertaniannya, bahkan Indonesia tercatat memiliki mahasiswa pertanian dan sarjana pertanian terbanyak di dunia saat ini, namun impor pertaniannya juga banyak.
"Kami meminta pemerintah untuk meningkatkan kualitas petani, memperbaiki infrastruktur pertanian dan mempermudah skema pembiayaan sektor pertanian," katanya.
Dia juga menyatakan, perlu adanya dukungan bersama dari sektor industri dan kebijakan politik yang kuat. Himpunan Alumni IPB yang mewadahi 114 ribu alumni IPB menyatakan siap untuk melakukan pendampingan, advokasi dan mendorong peningkatan kualitas pertanian Indonesia dengan berbagai program dan mendukung kebijakan yang berpihak kepada kepentingan Pertanian Indonesia.
“Walaupun Alumni IPB bekerja di berbagai sektor, namun jiwanya harus tetap jiwa pertanian dan memiliki gairah untuk memajukan pertanian dan terus berjuang untuk kemajuan pertanian. Alumni IPB harus bersatu untuk perjuangan yang sama yaitu memajukan pertanian," tegasnya.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Umum Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (HA IPB) 2013-2017 Bambang Hendroyono, dalam pengukuhan Ketua HA IPB periode 2013-2017 di Kampus IPB Baranangsiang, Bogor, Minggu (18/8/2013).
"Oleh karena itu HA IPB menolak kebijakan impor produk pertanian. HA IPB akan terus mendorong penggunaan hasil pertanian lokal sebagai sebuah kebutuhan dan menguatkan ketahanan pangan nasional," katanya.
Bambang yang juga menjabat sebagai Dirjen Bina Usaha Kehutanan di Kementerian Kehutanan RI menegaskan bahwa impor produk pertanian menyengsarakan Petani Indonesia.
"Mengimpor produk pertanian, sayur, buah-buahan, ikan, daging sapi, sungguh suatu hal menyakitkan bagi petani di Indonesia karena apa pun alasannya, impor akan meruntuhkan motivasi petani dalam menghasilkan produk-produk pertanian. Kasihan petani-petani kita, mereka sulit untuk sejahtera," ujarnya.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), impor beras selama Januari-Juni 2013, tercatat sebesar 239 ribu ton atau USD124,4 juta. Sedangkan jagung impor masuk ke Indonesia selama Januari-Juni 2013 tercatat 1,3 juta ton atau USD393 juta.
"Tak jauh berbeda dengan impor kedelai periode Januari-Juni 2013 adalah 826 ribu ton atau USD509,5 juta. Impor tepung terigu juga dilakukan pada Januari-Juni 2013 mencapai 82.501 ton atau USD 36,9 juta. Bahkan selama Januari-Juni 2013 impor garam tercatat 923 ribu ton atau senilai USD 43,1 juta," paparnya.
Menurut Bambang, adalah ironis bagi Alumni IPB dan kelembagaan IPB karena inovasi pertaniannya yang sangat banyak demikian pula sarjana pertaniannya, bahkan Indonesia tercatat memiliki mahasiswa pertanian dan sarjana pertanian terbanyak di dunia saat ini, namun impor pertaniannya juga banyak.
"Kami meminta pemerintah untuk meningkatkan kualitas petani, memperbaiki infrastruktur pertanian dan mempermudah skema pembiayaan sektor pertanian," katanya.
Dia juga menyatakan, perlu adanya dukungan bersama dari sektor industri dan kebijakan politik yang kuat. Himpunan Alumni IPB yang mewadahi 114 ribu alumni IPB menyatakan siap untuk melakukan pendampingan, advokasi dan mendorong peningkatan kualitas pertanian Indonesia dengan berbagai program dan mendukung kebijakan yang berpihak kepada kepentingan Pertanian Indonesia.
“Walaupun Alumni IPB bekerja di berbagai sektor, namun jiwanya harus tetap jiwa pertanian dan memiliki gairah untuk memajukan pertanian dan terus berjuang untuk kemajuan pertanian. Alumni IPB harus bersatu untuk perjuangan yang sama yaitu memajukan pertanian," tegasnya.
(gpr)