Rupiah diprediksi melemah kian agresif
A
A
A
Sindonews.com - Awan negatif terus berada pada laju rupiah di awal pekan ini seiring laju nilai tukar dolar Amerika Serikat (USD) yang terus menguat seiring dengan rencana pertemuan The Fed. Ditambah belum adanya pernyataan tegas pemerintah perihal langkah apa yang akan diambil untuk menahan laju pelemahan tersebut membuat pelemahan yang terjadi justru kian agresif.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada memproyeksikan, rupiah kembali akan menguji level psikologisnya setelah sebelumnya level 10.550 berhasil ditembus, dimana rupiah telah menyentuh level Rp10.560/USD.
"Diperkirakan rupiah akan berada pada rentang harian Rp10.420-Rp10.585 per USD," kata Reza, Selasa (20/8/2013).
Di sisi lain, alih-alih memberikan ketenangan kepada investor untuk mempertahankan mata uang rupiahnya, imbas penyampaian asumsi-asumsi makro dalam pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dinilai tidak sesuai kondisi riil, justru membuat pelaku pasar cenderung melakukan aksi jual dan membuat rupiah semakin terperosok.
Seolah belum cukup dengan itu, lanjut Reza, komentar Menteri Keuangan Chatib Basri, yang tetap yakin nilai tukar rupiah masih dalam level aman karena tidak separah pelemahan mata uang negara-negara berkembang lainnya, seperti rupee dan dolar Australia, sehingga masih dinilai wajar dari sisi pemerintah membuat pelaku pasar lebih agresif dalam melepas rupiah.
"Pelaku pasar menganggap komentar tersebut tidak mengindikasikan adanya langkah strategis dalam menahan pelemahan rupiah," tegas dia.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada memproyeksikan, rupiah kembali akan menguji level psikologisnya setelah sebelumnya level 10.550 berhasil ditembus, dimana rupiah telah menyentuh level Rp10.560/USD.
"Diperkirakan rupiah akan berada pada rentang harian Rp10.420-Rp10.585 per USD," kata Reza, Selasa (20/8/2013).
Di sisi lain, alih-alih memberikan ketenangan kepada investor untuk mempertahankan mata uang rupiahnya, imbas penyampaian asumsi-asumsi makro dalam pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dinilai tidak sesuai kondisi riil, justru membuat pelaku pasar cenderung melakukan aksi jual dan membuat rupiah semakin terperosok.
Seolah belum cukup dengan itu, lanjut Reza, komentar Menteri Keuangan Chatib Basri, yang tetap yakin nilai tukar rupiah masih dalam level aman karena tidak separah pelemahan mata uang negara-negara berkembang lainnya, seperti rupee dan dolar Australia, sehingga masih dinilai wajar dari sisi pemerintah membuat pelaku pasar lebih agresif dalam melepas rupiah.
"Pelaku pasar menganggap komentar tersebut tidak mengindikasikan adanya langkah strategis dalam menahan pelemahan rupiah," tegas dia.
(rna)