Harga minyak di Asia lebih rendah
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia hari ini turun, karena para dealer menunggu data stok minyak mentah AS sebagai petunjuk permintaan ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Kontrak utama New York, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, turun tujuh sen menjadi USD107,03 per barel pada perdagangan pagi. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober turun 25 sen menjadi USD109,65 per barel.
"Pasar memilih menunggu dan melihat pendekatan," kata Victor Shum, managing director IHS Purvin and Gertz, Singapura, seperti dilansir dari AFP, Selasa (20/8/2013).
Administrasi Informasi Energi AS, pekan lalu, mengatakan, stok minyak mentah menyusut menjadi 360,5 juta barel dalam pekan sampai 9 Agustus, terendah sejak Januari. Penurunan stok mendukung harga minyak mentah karena menunjukkan pick-up permintaan.
"Pasar akan segera memulai fase koreksi, seperti saat kita bergerak keluar dari permintaan puncak musim panas," tambahnya.
Harga mendapatkan dukungan dari kekhawatiran pengetatan pasokan di Timur Tengah, karena kekerasan sporadis di Mesir, serta pemogokan di Libya, yang telah menghambat produksi dan pengiriman minyak.
"Situasi tegang di Mesir dan Libya terus menjadi penyebab ketidakpastian di lantai harga minyak," tandas Shum.
Kontrak utama New York, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, turun tujuh sen menjadi USD107,03 per barel pada perdagangan pagi. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober turun 25 sen menjadi USD109,65 per barel.
"Pasar memilih menunggu dan melihat pendekatan," kata Victor Shum, managing director IHS Purvin and Gertz, Singapura, seperti dilansir dari AFP, Selasa (20/8/2013).
Administrasi Informasi Energi AS, pekan lalu, mengatakan, stok minyak mentah menyusut menjadi 360,5 juta barel dalam pekan sampai 9 Agustus, terendah sejak Januari. Penurunan stok mendukung harga minyak mentah karena menunjukkan pick-up permintaan.
"Pasar akan segera memulai fase koreksi, seperti saat kita bergerak keluar dari permintaan puncak musim panas," tambahnya.
Harga mendapatkan dukungan dari kekhawatiran pengetatan pasokan di Timur Tengah, karena kekerasan sporadis di Mesir, serta pemogokan di Libya, yang telah menghambat produksi dan pengiriman minyak.
"Situasi tegang di Mesir dan Libya terus menjadi penyebab ketidakpastian di lantai harga minyak," tandas Shum.
(dmd)