Nokia peringatkan kebijakan bisnis India
A
A
A
Sindonews.com - Raksasa telekomunikasi Finlandia, Nokia memberitahukan kepada pemerintah India, bahwa negara tersebut pasar paling menguntungkan. Namun, mereka lebih memilih mengekspor produknya melalui China.
Diketahui, Nokia sedang berjuang dalam sengketa tagihan pajak 20 miliar rupee (USD311 juta) dari pemerintah India. Mereka mendesak pemerintah bertindak cepat memperbaiki persepsi yang salah sebagai tempat bisnis.
"Risiko politik di India tiba-tiba jauh lebih tinggi, dan pasti dapat mempengaruhi keputusan masa depan dalam mengembangkan operasi di India," ujar Nokia dalam pernyataannya, seperti dilansir dari The Financial Express, Jumat (23/8/2013).
Mantan produsen ponsel nomor satu di dunia itu mengatakan, masalah pajak membuatnya lebih hemat dengan mentransfer produksi ponsel ke China dan mengimpor ke pasar India daripada memproduksi di Chennai.
Nokia, yang memiliki salah satu pabrik terbesar di dunia, tepatnya di selatan kota Chennai, adalah di antara serangkaian perusahaan multinasional yang terlibat dalam sengketa pajak India, termasuk Royal Shell Belanda dan Vodafone.
India telah meningkatkan upaya mencegah penggelapan pajak yang dituduhkan mengurangi defisit anggaran. Nokia mengingatkan bahwa Finlandia dan India memiliki hubungan bilateral dalam perdagangan.
"Nokia tidak berpikir India dapat mengesampingkan kewajiban internasionalnya," tegas Nokia.
India sendiri merupakan salah satu pasar ponsel dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Mereka adalah pasar terbesar kedua Nokia yang mulai beroperasi di Indonesia pada 1995, dan mempekerjakan 8.000 pekerja di Chennai.
Nokia sempat menjadi produsen handset terkemuka di negara itu, selama 14 tahun dan baru-baru ini menyerahkan mahkotanya ke vendor Korea Selatan, Samsung.
Diketahui, Nokia sedang berjuang dalam sengketa tagihan pajak 20 miliar rupee (USD311 juta) dari pemerintah India. Mereka mendesak pemerintah bertindak cepat memperbaiki persepsi yang salah sebagai tempat bisnis.
"Risiko politik di India tiba-tiba jauh lebih tinggi, dan pasti dapat mempengaruhi keputusan masa depan dalam mengembangkan operasi di India," ujar Nokia dalam pernyataannya, seperti dilansir dari The Financial Express, Jumat (23/8/2013).
Mantan produsen ponsel nomor satu di dunia itu mengatakan, masalah pajak membuatnya lebih hemat dengan mentransfer produksi ponsel ke China dan mengimpor ke pasar India daripada memproduksi di Chennai.
Nokia, yang memiliki salah satu pabrik terbesar di dunia, tepatnya di selatan kota Chennai, adalah di antara serangkaian perusahaan multinasional yang terlibat dalam sengketa pajak India, termasuk Royal Shell Belanda dan Vodafone.
India telah meningkatkan upaya mencegah penggelapan pajak yang dituduhkan mengurangi defisit anggaran. Nokia mengingatkan bahwa Finlandia dan India memiliki hubungan bilateral dalam perdagangan.
"Nokia tidak berpikir India dapat mengesampingkan kewajiban internasionalnya," tegas Nokia.
India sendiri merupakan salah satu pasar ponsel dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Mereka adalah pasar terbesar kedua Nokia yang mulai beroperasi di Indonesia pada 1995, dan mempekerjakan 8.000 pekerja di Chennai.
Nokia sempat menjadi produsen handset terkemuka di negara itu, selama 14 tahun dan baru-baru ini menyerahkan mahkotanya ke vendor Korea Selatan, Samsung.
(dmd)