Hindari krisis ekonomi, RI butuh penanganan cepat
A
A
A
Sindonews.com - Kondisi perekonomian Indonesia saat ini berpotensi mengulangi krisis ekonomi tahun 1998. Hal tersebut terjadi bila pemerintah tidak segera melakukan perbaikan melalui paket-paket ekonomi yang tepat sasaran.
“Pemerintah harus mengantisipasi agar krisis tahun 1998 tidak terulang kembali. Saya kuatir bila krisis ini tidak segera diatasi, banyak industri yang akan terkena musibah dan berujung pada PHK,” ujar Hary Tanoesoedibjo, calon Wakil Presiden RI, usai membuka acara pembekalan calon legislatif partai Hanura se-Provinsi Sumatera Utara, di Convention Hall Hotel Tiara Medan, Sumatera Utara, Minggu (25/08/2013).
Nilai mata uang rupiah yang tak kunjung menunjukkan penguatan akan memicu terjadinya inflasi. Akhir pekan lalu rupiah masih loyo berkisar di rentang Rp11.000 per dollar AS. Dalam sepekan terakhir rupiah turun sebesar 6 persen.
Padahal selama ini ketergantungan Indonesia terhadap impor sudah besar. “Hampir seluruh produk di Indonesia ada komponen yang berasal dari impor, aktivitas impor sudah tidak terkendali” kata HT.
Dia menambahkan, saat ini pengaruhnya memang belum begitu terasa. Sebab produk-produk yang diproduksi saat ini masih menggunakan stok yang sudah ada. Sehingga depresiasi rupiah belum banyak berpengaruh terhadap harga barang.
Namun jika tidak ada penanganan cepat maka masyarakat Indonesia harus berhadapan dengan inflasi. Nilai mata uang mengalami penurunan, alias harga barang-barang mengalami kenaikan.
“Pemerintah harus mengantisipasi agar krisis tahun 1998 tidak terulang kembali. Saya kuatir bila krisis ini tidak segera diatasi, banyak industri yang akan terkena musibah dan berujung pada PHK,” ujar Hary Tanoesoedibjo, calon Wakil Presiden RI, usai membuka acara pembekalan calon legislatif partai Hanura se-Provinsi Sumatera Utara, di Convention Hall Hotel Tiara Medan, Sumatera Utara, Minggu (25/08/2013).
Nilai mata uang rupiah yang tak kunjung menunjukkan penguatan akan memicu terjadinya inflasi. Akhir pekan lalu rupiah masih loyo berkisar di rentang Rp11.000 per dollar AS. Dalam sepekan terakhir rupiah turun sebesar 6 persen.
Padahal selama ini ketergantungan Indonesia terhadap impor sudah besar. “Hampir seluruh produk di Indonesia ada komponen yang berasal dari impor, aktivitas impor sudah tidak terkendali” kata HT.
Dia menambahkan, saat ini pengaruhnya memang belum begitu terasa. Sebab produk-produk yang diproduksi saat ini masih menggunakan stok yang sudah ada. Sehingga depresiasi rupiah belum banyak berpengaruh terhadap harga barang.
Namun jika tidak ada penanganan cepat maka masyarakat Indonesia harus berhadapan dengan inflasi. Nilai mata uang mengalami penurunan, alias harga barang-barang mengalami kenaikan.
(gpr)