Harga minyak di perdagangan Asia naik
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia hari ini naik, merespon data mengecewakan perumahan AS yang dikhawatirkan akan mempengaruhi rencana peruncingan stimulus Federal Reserve (Fed).
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, naik 36 sen menjadi USD106,78 per barel pada pertengahan perdagangan pagi. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober menambah 9 sen menjadi USDS111,13 per barel.
Data perumahan AS yang dirilis pada Jumat (23/6/2013) lalu, menempatkan penjualan rumah baru pada Juli, di laju penurunan tahunan 394.000, dari revisi bulan sebelumnya 455.000.
Pada Juni, awalnya jumlah yang dilaporkan berada di angka tertinggi dalam lima tahun sebanyak 497.000, yang memicu keyakinan bahwa pembeli rumah mengangkat bahu dari suku bunga KPR yang lebih tinggi.
"Ada indikasi bahwa tingkat (suku bunga) yang lebih tinggi di akhir dua atau tiga bulan dapat meredam pasar perumahan," kata Ric Spooner, kepala analis pasar CMC Markets, Sydney, seperti dilansir dari AFP, Senin (26/8/2013).
Komite Pasar Terbuka Federal AS sebelumnya mengindikasikan akan mulai melancipkan program pembelian obligasi USD85 miliar, mulai awal September jika perekonomian terus membaik.
"Terkait data penjualan rumah, mungkin ada kekhawatiran Fed akan menunggu sebentar," ujar Spooner.
Ketidakstabilan di Timur Tengah juga terus mendukung harga minyak di tengah krisis politik Mesir dan tuduhan bahwa pasukan Suriah menggunakan senjata kimia terhadap warga sipil.
"Pedagang bekerja pada premi risiko harga terhadap peristiwa di Suriah dan Mesir," tandas Spooner.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, naik 36 sen menjadi USD106,78 per barel pada pertengahan perdagangan pagi. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober menambah 9 sen menjadi USDS111,13 per barel.
Data perumahan AS yang dirilis pada Jumat (23/6/2013) lalu, menempatkan penjualan rumah baru pada Juli, di laju penurunan tahunan 394.000, dari revisi bulan sebelumnya 455.000.
Pada Juni, awalnya jumlah yang dilaporkan berada di angka tertinggi dalam lima tahun sebanyak 497.000, yang memicu keyakinan bahwa pembeli rumah mengangkat bahu dari suku bunga KPR yang lebih tinggi.
"Ada indikasi bahwa tingkat (suku bunga) yang lebih tinggi di akhir dua atau tiga bulan dapat meredam pasar perumahan," kata Ric Spooner, kepala analis pasar CMC Markets, Sydney, seperti dilansir dari AFP, Senin (26/8/2013).
Komite Pasar Terbuka Federal AS sebelumnya mengindikasikan akan mulai melancipkan program pembelian obligasi USD85 miliar, mulai awal September jika perekonomian terus membaik.
"Terkait data penjualan rumah, mungkin ada kekhawatiran Fed akan menunggu sebentar," ujar Spooner.
Ketidakstabilan di Timur Tengah juga terus mendukung harga minyak di tengah krisis politik Mesir dan tuduhan bahwa pasukan Suriah menggunakan senjata kimia terhadap warga sipil.
"Pedagang bekerja pada premi risiko harga terhadap peristiwa di Suriah dan Mesir," tandas Spooner.
(dmd)